Ujung cinta memang tak dapat
diterka. Siapa sangka jika pertemuan di sebuah kota istimewa dapat menumbuhkan
benih cinta. Siapa sangka dan siapa sangka. Semua berlalu tanpa diduga,
mengalir seperti air, berputar seperti bumi yang mengelilingi matahari, dan
berhenti pada sebuah kematian.
Berawal dari keinginan Tomi untuk
merantau, menuntut ilmu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia beranjak dari Desa
Legowo, desa yang masih sibuk dengan hasil panen beras dan kurang mempedulikan
pendidikan. Tomi, pemuda yang berani melangkah pada jalan yang tak biasa
ditempuh. Tujuannya satu, ia ingin membuka tirai pemikiran warga di desanya
untuk lebih berpikir terbuka terhadap pendidikan.
Satu tahun Tomi di Yogyakarta, Tomi
berjumpa dengan seorang gadis yang menyentuh hatinya, yaitu Bella. Bermodal
Ratih, mak comblang kepercayaan Tomi, Tomi dan Bella pun berpacaran. Empat
tahun berlalu mereka menjalin cinta. Tiba pada saat kelulusan, Tomi menjadi sarjana.
Ia pulang ke kampung asalnya, Desa Legowo. Ia kembali dengan beberapa misi yang
sudah dipersiapkan. Ia mulai misi utamanya dengan membuka pendidikan luar
sekolah, yaitu melalui organisasi pemuda, karang taruna. Ibu Tomi sangat bangga
dengan anaknya, terlebih saat melihat kedekatan Tomi dengan Ratna, gadis Desa
Legowo yang berada pada satu organisasi yang sama dengan anaknya. Tomi dan
Ratna memang sudah dikenal dekat di kalangan desa tersebut. Meski memang ada
benih cinta Tomi pada Ratna, namun Tomi tetap mempertahankan cintanya dengan
Bella sekalipun jarak sedang memisahkan mereka. Tomi sudah yakin akan menikah
dengan Bella nantinya.
Ujung cinta memang tak dapat
diterka. Siapa sangka jika dua orang yang saling mencintai harus berpisah
karena di satu pihak harus menuruti kemauan orang tuanya untuk menikah dengan
perempuan pilihan orang tuanya. Siapa sangka dan siapa sangka. Semua berlalu
tanpa diduga, mengalir seperti air, berputar seperti bumi yang mengelilingi
matahari, dan berhenti pada sebuah kematian.
Ibu Tomi merasa cocok dengan
Ratna. Ia ingin anaknya menikah dengan Ratna. Tomi sudah menjelaskan pada
ibunya bahwa ia sudah mempunyai kekasih di Yogyakarta, namun tak sedikit pun
ibunya mempertimbangkan alasan Tomi. Ibunya sudah mantap bahwa Tomi harus
menikah dengan Ratna.
“Beri kesempatan pada kami untuk
saling mengenal,” pinta Tomi pada ibunya.
“Kalian sudah dekat di karang
taruna, apalagi yang belum kalian saling kenali?” tanya ibunya.
“Itu hanya penilaian Ibu sekejap
mata, aku belum begitu mengenal Ratna, begitu pun dia. Bila ibu tak percaya,
coba tanyakan pada Ratna,” Tomi meyakinkan ibunya.
“Baiklah, terserah kamu. Yang
jelas, kemarin ibu ke rumah Ratna dan sudah bilang pada kedua orangtuanya bahwa
kau akan melamarnya.”
Jawaban itu sangat mengguncang
kejiwaan Tomi. Ia semakin teringat pada kekasihnya di Yogyakarta yang dengan
setia menunggu lamarannya, tubuhnya gemetar. Tomi berharap bahwa lamarannya
ditolak Ratna, ia pun mencoba menemui Ratna dan memintanya agar jika nanti ia
melamar, Ratna menolaknya.
“Kenapa harus menolak? Bagaimana
jika ternyata aku pun juga ingin menikah denganmu, Mas?”
Mendengar jawaban itu, Tomi
berasa dihujam pedang panjang.
“Kau tak mencintaiku kan?” tanya
Tomi yang sebenarnya menyimpan benih cinta juga pada Ratna.
“Kenapa pertanyaanmu seperti itu?
Apa sikapku selama ini tidak meyakinkanmu bahwa aku mencintaimu?”
Hati Tomi pun luluh lantah
seketika. Benih cinta yang tertanam itu mulai disiram dengan air. Tomi merasa
benih cinta itu tumbuh dengan lebatnya. Tomi melihat mata Ratna dengan lekat.
Seketika ia lupa tentang Yogyakarta dan Bella.
Ujung cinta memang tak dapat
diterka. Siapa sangka jika lelaki yang harus menikah dengan perempuan pilihan
orang tuanya itu menghamili perempuan tersebut sebelum ikatan sah mereka
dapatkan. Siapa sangka dan siapa sangka. Semua berlalu tanpa diduga, mengalir
seperti air, berputar seperti bumi yang mengelilingi matahari, dan berhenti
pada sebuah kematian.
Ratna hamil. Ia hamil sebelum ia
dilamar Tomi. Ini bukan informasi yang baik bagi Tomi yang kemudian Tomi bisa
meninggalkan Ratna dan menikah dengan Bella. Ratna hamil, mengandung anak Tomi.
Tomi harus menikahi Ratna dan meninggalkan Bella yang sudah cukup lama menanti
lamaran Tomi di Yogyakarta. Hubungan kerabat antara keluarga Tomi dan Ratna pun
semakin kacau. Pihak keluarga Ratna merasa ini adalah mutlak kesalahan Tomi.
Sedang keluarga Tomi bersikukuh bahwa Ratna lah perempuan yang menggoda Tomi.
Berita tersebut telah sampai pada
Bella. Hatinya terguncang. Dalam penantian, Bella dilamar dua lelaki, namun ia
menolak karena Bella yakin Tomi akan datang padanya dan melamarnya. Namun, yang
datang padanya adalah kabar yang menghancurkan tembok kesetiaan yang telah ia
bangun. Bella frustasi dan ia memilih untuk bunuh diri.
Mengetahui hal itu, Tomi pun
turut frustasi, ia merasa bersalah pada Bella. Ia meratapi kesalahannya hingga
ia menjadi gila. Hal itu memberi tekanan baru bagi Ratna. Ia harus menopang
janin itu sendirian, belum lagi tekanan dari keluarga dan olokan tetangga.
Ratna tak sanggup, ia pun turut serta memilih untuk bunuh diri.
Ujung cinta memang tak dapat
diterka. Siapa sangka kisah cinta yang diyakini berakhir indah harus berakhir
dengan duka. Siapa sangka dan siapa sangka. Semua berlalu tanpa diduga,
mengalir seperti air, berputar seperti bumi yang mengelilingi matahari, dan
berhenti pada sebuah kematian. Ya, kematian adalah akhir dari kisah cinta yang
rumit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar