Hayoooo lagi ada tugas kuliah ya? waah.. kebetulan banget nih soalnya sama, hahaii.. bukan berarti aku hendak berbagi secara cuma-cuma lho. Mungkin hasil pekerjaanku ini bisa dijadikan bahan pertimbangan. Ingat, teknik pengutipan, jangan asal comot! Oya, satu hal yang perlu diingat. Ini adalah tugas fiksiku. Nilai fiksiku tidak sempurna, lho! hati-hati kalo mo nyontek! hihi :p
Tugas
Menjawab Pertanyaan Ujian Semester Fiksi
oleh: Ade Rakhma Novita Sari
(10201244080)
1.
Belenggu-belenggu
apa yang membelenggu tokoh (Tono, Tini, dan Yah) dalam novel Belenggu?
Belenggu
yang membelenggu adalah angan-angan masa lalu dan keegoisan mereka (tokoh):
·
Tokoh Tono adalah seorang dokter
memiliki angan-angan tentang sosok istri yang ideal. Ia menikah dengan Tini,
perempuan yang ternyata tidak sesuai dengan angan-angannya, membuatnya
selingkuh dengan Yah, perempuan masa lalaunya yang dianggap memiliki sosok
ideal sebagai istri. Tono mementingkan angan-angan masa lalu dan keegoisannya
hingga ia terbelenggu dengan keadaan, ia terancam akan bercerai dengan Tini.
Selain itu, Tono terbelenggu dengan keputusannya untuk menjadi dokter, karena sesungguhnya
ia merasakan kenikmatan jika berada dalam dunia seni.
·
Tokoh Tini adalah seorang perempuan yang
memiliki jiwa sosial dan pegiat emansipasi wanita. Ia merasa hak-haknya sebagai
wanita harus terpenuhi. Selama ia menikah dengan Tono, ia merasa diabaikan.
Kegundahannya ini mengingatkannya tentang sosok lelaki masa lalunya, Hartono,
yang dikiranya sudah mati. Sikap Tini yang tidak menunjukkan sebagai istri
ideal bagi suaminya, menjadikan hidupnya sengit dengan Tono.
·
Tokoh Yah adalah seorang perempuan yang
terjun dalam dunia perempuan panggilan. Ia terobsesi menikah dengan seorang
dokter. Kala ia tahu bahwa Tono adalah seorang dokter, maka ia mencoba
mendekati dan mengambil hati Tono. Setelah ia menang mendapatkan hati Tono, Yah
menganggap bahwa Tono tak pantas menjadi lelaki pelampiasannya. Maka, Yah pun
pergi meninggalkan Tono.
Di
akhir cerita, Tono bercerai dengan Tini. Tini meninggalkan Tono dan memilih
untuk mengabdi pada kegiatan-kegiatan sosial. Begitu pun dengan Yah. Yah
meninggalkan Tono dan memilih untuk pergi ke Nieuw Caladonie. Perpisahan
tersebut merupakan sekaligus petunjuk perpisahan mereka dengan belenggu yang
selama ini membelenggu mereka. Dengan demikian, belenggu yang membelenggu tokoh
Belenggu juga ada pada diri mereka
masing-masing. Maksudnya, antar tokoh saling membelenggu, berputar-putar tiada
kuasa untuk melepaskan diri dari keterikatan belenggu.
Namun
demikian, pada hakikatnya, belenggu yang paling dominan membelenggu adalah
pengarang Belenggu, yaitu Armijn
Pane. Dengan leluasa, ia dapat membelenggu tokoh-tokohnya.
2.
Apakah
latar sosial budaya pada novelet Sri
Sumarah sudah fungsional?
Ya,
sudah. Sri Sumarah mencerminkan
kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan
penggambaran tokoh yang dianalogikan dengan lakon-lakon wayang, seperti
Pandawa, Sembadra, Ratih, Kamajaya, Arjuna, Juminten, dan sebagainya. Pemilihan
nama dan status sosial juga sangat dipertimbangkan dalam novelet tersebut,
seperti pemilihan nama Martokusumo, tidak boleh sembarang orang memiliki nama
semacam itu (menunjukkan status sosial tinggi).
Selain
itu, dalam novelet disisipi penggunaan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa. Meski
tidak begitu banyak, namun penggambaran tokoh Sri Sumarah sudah mencerminkan sikap dan tingkah laku kejawen (bersifat kejawa-jawaan). Status
sosial, bahasa daerah, kebudayaan termasuk latar sosial budaya. Dengan
demikian, terbukti bahwa latar sosial budaya pada novelet Sri Sumarah sudah fungsional.
3.
Kandungan
moral apa yang disampaikan Ikal dan Arai dalam novel Sang Pemimpi?
Moral
yang disampaikan Ikal dan Arai dalam novel Sang
Pemimpi adalah kesetiakawanan mereka dalam menjalani liku-liku kehidupan.
Mereka memiliki semangat yang tinggi, tidak mengenal menyerah, dan selalu
optimis. Modal mereka kala menjalani liku-liku kehidupan adalah berani
bermimpi, berusaha, dan menikmati keberhasilan. Meski mimpi Arai berada di
titik kemustahilan, namun masih ada semangat untuk meraih mimpi. Ini pun karena
keberadaan Arai pula. Arai menjadi pembangkit semangat dan peneguh keinginan
Ikal untuk membahagiakan ayahnya. Sosok mereka berdua saling melengkapi dan
selalu berbagi kisah perjuangan yang penuh semangat.
Selain
itu, moral yang disampaikan adalah pada ketabahan Arai kala ditinggal pergi
ayahnya melaut yang tak kunjung kembali. Ia tak pernah mengeluh, tidak putus
asa atau menyerah. Ia tak kenal menyerah dan masih melanjutkan mimpinya. Secara
keseluruhan, dapat ditarik garis besar moral yang disampaikan adalah kesuksesan
tidak terbatas hanya pada orang kaya. Kita perlu mencoba hal baru dan berani
mengambil keputusan. Kita berhak untuk bermimpi. Seperti yang diucapkan Arai
dalam dialog novel tersebut, ”Orang macem
kite nih harus bisa bermimpi, kalau
tak bermimpi kite kan mati.” dan, “Bermimpilah,
maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar