Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Minggu, 21 Oktober 2012

Gerakan Sayang Ibu

Setelah alarm bedering untuk kedua kalinya, tiba-tiba dering panggilan masuk berbunyi. Bundaq. Pagi itu ia minta dijemput di SMP 1 Purworejo. Ya, tiba-tiba ia tiba di Purworejo. Padahal, baru kemarin ia bilang tak bisa ke Purworejo karena tak direstui suaminya-abahku. Baru kemarin juga ia bilang bahwa sebenarnya ia sudah rindu padaku-anaknya.
Rindu. Aku sedang membicarakan rindu. Sejak Mas Ain di Jakarta, hampir setiap waktu aku merindukannya. Hampir seringkali aku bilang padanya bahwa aku rindu. Lain halnya dengan ibuku. Hampir bisa dipastikan bahwa aku merindukan ibu kala teringat padanya saja (Jelas saja, aku lebih sering komunikasi dengan Mas Ain tiap waktu, jelas saja sering teringat padanya). Perlu dipertanyakan pula kapan aku bilang rindu pada ibu. Belum lagi aku rela bila harus keluar pulsa mahal kala ingin sekali menghubungi Mas Ain, sedang pada ibu, aku seringkali memintanya yang meneleponku. Apakah kalian pernah merasakan hal serupa?
Aku mencintai ibuku. Aku juga mencintai Mas Ain. Namun, usaha percintaanku pada keduanya terasa berbeda. Seperti aku menempatkan ibuku setelah Mas Ain, padahal Mas Ain belum menjadi suamiku.
Ketika aku benar-benar rindu dengan Mas Ain, banyak cara aku lakukan agar segera bertemu dengannya. Bahkan, satu waktu aku istimewakan untuk bersamanya. Sedang ibuku? Hampir seringkali aku bilang padanya, “Maaf, aku sibuk. Ada acara ini, acara itu, tanggungan ini, tanggungan itu, bla bla bla.” Jawaban ibu, ”Tidak usah dipaksa, selesaikan tugas-tugasmu.” Begitu rela ia menahan rindu. Terkadang, “Maaf, aku belum bisa pulang ke Kediri minggu ini.” Ibu bilang tak apa, namun kemudian tiba-tiba ia di Yogyakarta, menemuiku. Aku hanya mengaguminya.
Baru ini aku menyadari semua. Awalnya ibu terlalu berlebihan ketika bilang rindu. Aku menganggap bahwa ucapan “aku kangen” darinya hanyalah sebuah guyonan belaka. Baru kemarin aku mendengar dari seorang wanita, ia seorang ibu juga. Katanya, seorang ibu seringkali merindukan anaknya, namun jarang sekali anaknya merindukan ibunya. Ibunya selalu memikirkan anaknya, sudah makan kah, pegang uang berapa, sedang di mana, sehat kah, bahkan menyempatkan untuk menjenguknya sekali waktu. Mirisnya adalah seorang anak ingat ibu ketika ia tak pegang uang. Haish..
Hari ini ibu benar-benar datang di sela-sela kesibukannya untuk menemui anaknya. Ini sudah bukan yang pertama kalinya. Sebenarnya aku kasihan pada ibu, pasti lelah sekali selama perjalanan. Tapi, setelah aku pikir-pikir, itu adalah rindu yang memang tak bisa tertahan, benar-benar ingin bertemu. Oh, ibu. Bahagia betul aku punya ibu sepertinya. Ketika aku rindu, ia selalu hadir menemuiku. Entahlah, telah habis kata, semoga Allah memuliakannya, karena bagiku ia perempuan yang mulia. Ibu….
Kini, telah tiba pada GERAKAN SAYANG IBU. Mari bahagiakan kedua orang tua kita, manfaatkan waktu yang telah disediakan… Jangan sampai penyesalan datang. Selamat pagi!
love my mom

Minggu, 14 Oktober 2012

LDR Edisi Romantis #1

"Satu satu aku sayang kamu
Dua dua aku sayang kamu
Tiga tiga aku sayang kamu
Satu dua tiga aku sayang kamu"

"Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh aku sayang kamu"

Tuh kan... sejak LDR, Mas ain jadi romantis. Bawaannya nggombal mulu, haha..

Tawaran Baru dari Penggalangan Dana Online dengan Marimembantu.org

Pernah suatu ketika, saya mendapat sebuah pesan singkat dari teman saya. Isinya menanyakan apa golongan darah saya. Katanya, jika golongan darah saya O, maka saya diminta segera ke Rumah Sakit A untuk berkenan menyumbang darah karena ada pasien yang sangat membutuhkan darah bergolongan O tersebut.

Pernah pula suatu ketika, saya mengendarai motor dan berhenti di perempatan lampu lalu lintas. Saya melihat ada palangan reklame yang isinya dilarang memberi uang pada peminta-minta ketika sedang berhenti di jalan. Katanya sih, lebih baik disalurkan pada lembaga saja.

Pernah suatu ketika, saya mendapati iklan peminjaman modal usaha tanpa jaminan apapun. Namun, setelah diselidik, untuk mendapatkan modal pinjaman tersebut harus melakukan beberapa syarat yang kurang masuk akal, seperti memfotokopi kertas sebanyak mungkin untuk disebar.

Terdapat benang merah di sini. Ada yang membutuhkan bantuan dan dibutuhkan bantuannya (nya-kembali pada seseorang yang mampu membantu-red). Pertama, pihak yang membutuhkan. Kedua, ingin membantu, namun terbatas. Ketiga, dapat tawaran bantuan, namun meragukan.

LembagaZakat Dompet Dhuafa hadir sebagai solusi. Pertama kali yang syaa temukan darinya adalah tawaran Mudahsedekah secara online dengan Marimembantu.org. Saya membuka webnya, saya melihat di sana ada deskripsi permohonan membutuhkan bantuan dana untuk kesembuhan seseorang, ada juga butuh bantuan dana untuk suatu lembaga, ada pula permohonan modal usaha. Dari sini lah, seorang pemohon atau yang membutuhkan bantuan bisa mengutarakan maksud kehendaknya. Kemudian, bagi kita yang hendak membantu, bisa dengan mudah menyatakan persetujuan untuk membantu, klik, bantuan terkirim, selesai. Ingin meminta bantuan tak diragukan lagi, ingin membantu pun juga tak ragu karena sudah dinaungi oleh lembaga yang bisa dipercaya-alamat kantor jelas dan disertai identitas lembaga.

Hampir mirip dengan belanja online, kita bisa memilih barang mana yang akan kita beli. Di LembagaZakat Dompet Dhuafa, kita bisa memilih ‘mana’ yang hendak kita bantu. Berbagi dan bersedekah pun mudah dilakukan. Hampir sama juga dengan model lembaga penyalur bantuan, hanya saja, LembagaZakat Dompet Dhuafa adalah versi dalam bentuk online. Ibarat kata, banyak jalan menuju Roma.

Kalau mudah, kenapa harus dipersulit? Penyebaran info melalui online begitu mudah dan cepat. Maka, sistem yang dilakukan LembagaZakat Dompet Dhuafa jika disambut dengan baik, saya yakin, lembaga ini akan berkembang dan saling menguntungkan bagi yang membutuhkan dan yang dibutuhkan.

Karena…

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Ade Rakhma Novita Sari

Senin, 08 Oktober 2012

Hari Ini: Hari Pertama Aku...

Senin, 08 Oktober 2012
Hari ini hari pertama aku memulai menyandang gelar Long Distance Relationship (LDR). Sebenarnya, aku tak ingin menyebut ini sebagai hubungan (berpacaran) jarak jauh. Bila mind set bilang begitu, ya, akhirnya memang berujung jauh. Oh. Tapi, memang tak dapat dibohongi kalau pada akhirnya Yogyakarta-Jakarta, kemudian tak bertemu dalam kurun waktu yang MUNGKIN cukup lama, maka jadilah itu sebagai LDR.
Jumat, 05 Oktober 2012. Aku mengirim pesan singkat padanya tentang doa-doaku agar ia dilancarkan dalam segala urusan dan rizkinya. Hari itu pula ada tawaran dari kawannya untuk ke Jakarta. Dia bilang, smsku sebagai pertanda, sekaligus membuatnya semakin yakin bahwa tawaran Jakarta adalah sebuah jalan yang tepat dari Tuhan, Aamiin.

Ya, itu sudah menjadi tawaran yang kedua kalinya. Awalnya, dulu aku tak menghendakinya pergi ke Jakarta. Hingga kini, akhirnya aku merelakannya. Dulu, memang entah kenapa aku tak rela bila ia harus ke Jakarta. Ibu bilang, padahal itu adalah langkah untuk menuju masa depan. Mungkin, dari situlah aku menyadari bahwa aku harus mempertimbangkan kemantapannya, bukan hanya mementingkan kehendakku. Tapi, dia menegaskan bahwa pembatalannya pada tawaran yang pertama adalah karena dia juga masih ragu. Yah, begitulah.

Tawaran kedua ini, entah mengapa aku merasa rela dan yakin bahwa ini adalah salah satu langkah yang tepat untuknya, untuk keluarganya, dan untukku. Aku merasa akan ada cerita selanjutnya yang menawarkan sebuah kebahagiaan. Dan aku masih sebatas meyakini dan berharap.

Minggu, 07 Oktober 2012. Dia mengunjungiku malam-malam membawakan sebungkus nasi dan lauk untukku makan. Malam itu sepertinya sengaja ia sempatkan untuk bertemu denganku untuk membicarkan suatu hal penting. Ya, aku merasakannya. Ternyata benar, ia dating membawa sebuah kabar bahwa esok hari ia harus berangkat ke Jakarta. Sesak. Aku pikir aku bisa menghabiskan beberapa waktu cukup lama dengannya sebelum ia berangkat ke Jakarta. Tapi, ya, mau bagaimana lagi? Hari Senin-Kamis aku kuliah penuh, malamnya latihan drama. Sabtu, aku ada acara di Parangkusumo, pulang hari Minggu, malamnya latihan drama, dan ternyata, esok harinya ia harus berangkat ke Jakarta.

Pagi ini, sepulang kuliah, aku benar-benar terburu-buru untuk menyelesaikan tugas kuliah semantik dan kewirausahaan. Niatku, agar tak ada tanggungan tugas kuliah dan aku bisa segera membantunya memindahkan barang-barangnya di kosku. Kuliah semantik aku tinggalkan. Aku ingin mengantarnya ke terminal, menjadi teman terakhir sekaligus saksinya pada detik-detik berpisah dengan Yogyakarta.

Jam 2 lebih. Sampai terminal, bus yang akan ia tumpangi sudah berangkat. Telat. Namun, niat baik itu mendapat petunjuk dan keringanan, masih ada jalan yang dimudahkan Allah. Ada bus jam setengah 4, Tuhan menyisihkan beberapa waktu untukku berbincang dengannya.

Setengah 4, bus Dieng Indah siap berangkat. Aku mengantarnya, menjabat tangannya, say good bye dan 
 “see you later”. Ia masuk ke dalam bus. Aku mengamatinya dari luar bus. Wajahnya tertutup gorden bus dan penumpang lain. Aku duduk di pinggiran dekat-dekat bus, menunggui bus itu benar-benar berangkat apa tidak. Angin begitu sepoi, sedikit demi sedikit mulai memancing air mataku untuk runtuh. Aku tahan. Satu pesan datang pada handphone-ku. Dia memintaku untuk pulang lebih dulu dan tak lupa agar mendoakannya. Aku melihat sekitar, merasakan hembusan angin, dalam batinku, aku mendoakannya. Sial, air mataku hendak runtuh saat itu. Aku tahan lagi, mencoba mengetik pesan berisi doa. Terkirim.

Ya, terkirim saat bus sudah berangkat. Aku melirik roda pada bus itu terus menerus hingga lenyap dari pandanganku. Mataku pun penuh dengan air, tak bisa terbendung. Satu pesan balasan darinya masuk, ia mengucapkan terima kasih dan dia bilang dia mencintaiku. Hiks.. benar-benar tak dapat terbendung. Aku melirik kanan kiriku berharap tak ada yang melihatku. Sungguh, saat itu ingin menangis.

Aku perhatikan sekitar dan mencoba merasakan hembusan angin. Cukup menenangkan, komat-komit aku mencoba berbicara pada diriku sendiri, berusaha menenangkan diri. Tiba-tiba terdengar jerit tangis anak kecil dari ruko yang tak begitu jauh dari tempat yang kududuki. Anak itu menangis karena ditinggal pergi ibunya naik motor, entah ke mana. Aku tersenyum. Batinku, ibumu tak akan meninggalkanmu, ia akan kembali padamu. Kemudian aku mencoba mengajak bicara pada diriku sendiri: seperti halnya Mas Ain, ia tak akan meninggalkanku, ia akan kembali padaku. Saat itu aku bisa tersenyum (tapi waktu nulis ini aku nangis, hiks), aku menarik nafas, menghembuskan perlahan, kemudian aku beranjak dari tempat yang kududuki, dan berjalan menuju tempat parkir motor. Di setiap langkah, diiringi hembusan angin, berasa damai. Aku merasa kebaikan sedang menyertaiku. Semoga Mas Ain pun demikian. 

huwaaa mas ain :')
Malam ini… aku sudah rindu. Mas Ain…

Jumat, 05 Oktober 2012

Sungguh-Sungguh Terjadi

Setelah membaca buku Ippho (meski belum selesai), aku mulai tertarik dengan prinsip-prinsip yang ia tawarkan. Kesuksesan berawal dari sedekah, dhuha, dan tahajud. Buka bermaksud untuk pamer suatu amalan lho ya. Untuk menjalankan dhuha maupun tahajud, jujur aku mood-mood'an. Kalau pas lagi mood dan pengen, ya aku dhuha ataupun tahajud. Tapi, kalau tidak, ya tidak. Dan ternyata, siapa sangka, hampir setelah aku sholat dhuha, hampir seringkali aku nemu duit, serius! Nemunya bukan nemu di jalan kayak gitu. Tapi, nemu di saku celana, saku jaket, tas, selipan buku, dan lain-lain. Dan biasanya selalu bertepatan saat lagi seret-seretnya duitku. Hmm... bener-bener di luar dugaan. Tak hanya itu, hari ini pun aku mendapat kabar yang bagiku luar biasa. Kabar bahagia, ya aku meyakininya sebagai kabar yang bahagia. Kata kuncinya adalah LDR. Siap kah?
Hmm semrawut gak berararh nih.. udahan dulu deh. Sekedar berbagi, kali aja bisa menjadi motivasi untuk sedekah lebih giat, begitu juga dengan dhuha dan tahajud. Ok, selamat! :)

Minggu, 16 September 2012

Kuncinya pada Marketing dan Sistem

Mencari uang tambahan adalah hal biasa bagi mahasiswa. Seorang mahasiswa dari disiplin pendidikan tentu menyempatkan untuk mengajar-les privat. Tak hanya dari disiplin pendidikan pun jika merasa mampu mengajar, ia memilih untuk mengajar juga.

Hari ini, Minggu (16/09), ada pertemuan pengajar privat suatu lembaga bimbingan belajar (lembimjar). Ya, aku baru saja melamar menjadi seorang tentor privat di sana, sebuah lembimjar yang sudah dikenal masyarakat.

Ada hal menarik yang akau dapatkan selama melamar di lembimjar tersebut sampai acara pertemuan tadi. Kuncinya kemenarikannya itu terletak pada marketing dan sistemnya. Pertemuan hari ini adalah membahas tentang surat keputusan direktur lembimjar tersebut. Terdiri dari beberapa bab dan pasal, sudah macam surat keputusan pemerintah gitu. Keren kan? Isinya memberi ketegasan. Jadi, diusahakan tidak ada pihak yang dirugikan. Selama acara berlangsung juga diberi beberapa motivasi untuk mengajar serta tips trik mengajar.

Sistem dalam lembimjar tersebut menerapkan naik level, sudah macam multi level marketing saja. Hanya, kalau yang ini multi level teaching mungkin ya? Jadi, untuk level pertama disebut kandidat, selanjutnya muda madya, madya, utama madya, utama, senior utama. Di setiap kenaikan level, maka hoborariumnya pun juga naik. Nah, semacam ini kan bisa memotivasi pengajar untuk naik level. Tentunya, kenaikan level itu juga berdasarkan kemampuannya. Semakin dia sering mengajar, semakin sering dia mengabdi pada lembimjar, semakin sering ia diminta orang tua wali untuk mengajar anaknya, tentu ia memiliki kemampuan yang memang semestinya mendapat penghargaan kenaikan honorarium.

Selain itu, juga ada timbal balik bagi pengajar yang berprestasi. Ada pula kesempatan bagi yang sudah sarjana untuk naik jenjang mengajar di kelas. Apalagi ada sistem di mana siswa bisa meminta ganti tentor apabila ia tak berkenan. Ini menunjukkan bahwa para pengajar mendapat motivasi untuk diterima siswa dan intensif dalam mengajar supaya dapat naik level juga. Waaah.. sistem yang baik, banyak tawaran yang menggiurkan dan membagkitkan motivasi mengajar. Semua sudah diatur sedemikian rupa yang kemudian disepakati bersama. Untuk honorarium pun juga memberi bonus bagi yang bisa datang mengajar tepat waktu, uang transpor bagi yang jarak jauh, dan juga tetap mendapat honorarium penuh apabila siswa tidak hadir tnapa pemberitahuan dalam bimbingan, bahasa jawannya "kecilik". Hehehe..

Belum lagi, tadi pertama kali masuk ruangan, diberi nasi kotak. Setelah acara selesai dan bubar, masing-masing pengajar diberi uang transpor. Super sekali. Sudah datang disambut dengan ramah, diberi pelayanan makanan nasi kotak, disuguhi beberapa motivasi, uang transpor pula. Macam seperti ini mampu mengikat para pengajar untuk lebih loyal. Haha.. uang memang menggiurkan, tapi kupikir ini sistem yang bagus, marketing yang sip, dan aish.. sukses. Patut menjadi motivasi bagi lembimjar yang lainnya mungkin. Karena kini sudah saatnya menyejahterakan pengajar. Hehe.. Jangan terlalu munafik soal uang lah. Pasti mereka yang mengajar pun kalau dapat bayaran, ya, alhamdulillah meski itu bukan penghasilan utama. Niat mengabdi pada masyarakat pun patut dipertimbangkan. Ya, semangat mengajar dan berbagi ilmu saja, semoga sukses, salam!

Jumat, 14 September 2012

Ya, Begini Ini yang Menyenangkan

Bangun pagi, sholat subuh, membersihkan singgasana adalah hal paling membahagiakan dalam mengawali hari. Ngepel, lipet-lipet baju, menata kamar, nyapu, cuci baju, dan menulis. Menyenangkan. Ada yang kurang dink, MASAK. Hehe..

Kalau lagi sregep kayak gini, aku selalu mengharap dapat satu pesan dari ibuku, sekedar bertanya "sedang apa, Vit?" begitu biasanya. Biar bisa pamer dan menunjukkan kalau aku sudah banyak perubahan. Haha.. tujuan utamanya biar direstui nikah muda, hwkwk :p

Tapi, sayangnya ibu selalu mengirim pesan atau meneleponku di saat aku sedang tak sregep-sregepnya, kadang pas lagi tidur lah, pas bangun kesiangan lah, dan lain-lain. Dan aku heran kenapa bertanyanya di saat tak tepat waktu. Ibu bilang dia merasakan dengan apa yang dilakukakan anaknya. Ibu bilang itu ikatan batin. Hmm.. luar biasa.

Pagi ini usai menjemur pakaian, aku harus menghujani pipi dengan air mata. Bukan karena terluka, tapi karena bahagia. Satu pesan yang aku nantikan telah datang..

Bundaq: "Msh apa vit? Udh makan blm?"

Kok tanya sudah makan atau belum ya? Aku merasa sepertinya ibu sedang berada di tempat makan. Biasanya saat banyak makanan atau sedang pesta makanan, ibu selalu memikirkan apakan anaknya sudah makan atau belum.
 
Aku: "Bis njemur pkaian bu. Blm makan. Ada apa ini? Ada apa ini kok tanya udh makan apa blm? :D"

Bundaq: "Ibu sls masak asem dan lauk pindang sambel pedes, tdi minta abah 10rb terus masak, makanya ibu ingat vita.

Yang ini. Ini yang membuatku menereskan air mata. Haha lebay.. tapi sungguh ini luar biasa. Abah memang pernah mengeluhkan tentang ibu yang tak pernah masak lagi, membuatkan teh hangat, kopi, atau apalah itu. Sedang aku tahu ibu memang wanita karir yang super sibuk sekali. Aku sudah memintanya untuk menjaga keharmonisan keluarga dengan sebuah masakannya, namun ibu mengeluhkan tentang uang belanja yang tak pernah cair dari tangan abah. Ya, inilah masalah suami istri pada umumnya ku pikir.

Tapi, aku rasa konflik ini harus ada yang mengawali untuk bertindak lebih dulu. Suami memberi uang belanja lebih dulu, baru istri masak. Atau, istri masak lebih dulu, agar suami luluh hatinya untuk berkenan memberi uang belanja.

Ternyata ada penyelesaian lain. Istri minta uang belanja pada suami. Haha.. Ya, keterbukaan memang perlu dalam hubungan rumah tangga kupikir, terutama masalah keuangan. Istri sekalipun sibuk, ya, mesti memberikan perhatian untuk suaminya. Sekedar teh hangat kupikir itu adalah satu bentuk perhatian. Suami, mestinya juga paham dengan tanggung jawabnya untuk menafkahi keluarganya. Deng dong..

Ups dari mana tadi? ngelantur ke mana-mana.

Oya, aku balas pesan ibuku.

Aku: "Hehe.. Ora tombok to bu? Sik enek susuk'e kui. Sitik2 10rb, sui2 100rb bu. He.. Taklukan abah bu. Huhu.. Aku yo pgen masak

(Hehe.. tidak nambah uang kan bu? masih ada uang kembaliannya tuh. Sedikit2 10rb, lama2 100rb. He.. Taklukan abah bu. Huhu.. Aku juga ingin masak-red)

Bundaq: "Yaa ibu jg hrs pinter2 golek bati atau untung, kl seorg ibu tdk bisa cari untung berarti blm sukses jdi ibu rmh tangga.

Jiwa-jiwa karirnya mulai muncul, begitulah ibu. Motivasinya tinggi sekali untuk mengais rizki, impiannya menyekolahkan anaknya. Begitu peduli sekali dengan pendidikan. Enggak peduli anak siapa, kalau urusan pendidikan, ibu mau mengusahakan yang terbaik. Jiwa-jiwa yang selalu berusaha dan pantang menyerah. Benar-benar wanita hebat yang pernah kutemui.

Sungguh, aku benar-benar bahagia mendengar kabar dari ibuku. Aku yakin bila kabar ini diketahui adikku pun, ia juga bahagia. Ibuku pun begitu bangga dan puas bisa memasak pagi ini sepertinya hingga ia menyempatkan untuk laporan kepadaku. Hehe.. Usai mendapat sms itu, aku langsung sms abah.

Aku: "Ciee yg sarapan masakan istri... Sayur asem, pindang, sambel :p"

Babe: "kasinen wayahe gulo kleru uuyah"

(rasanya asin, harusnya gula, keliru garam-red)

Haha.. enggak berubah. Masih saja mencari-cari kesalahan ibu. Gengsi membanggakan masakan istrinya. Atau, bisa juga malu-malu kucing digojlok seperti itu. Haha.. Tangisku terhenti dan aku tertawa. Bahagia sekali.

Aku langsung laporan pada ibu.

Aku: "Jare abah kasinen bu, waah..tondo2 njaluk mantu ki :p" 

(kata abah asin bu, waah.. tanda2 minta menantu ini :p-red)

Aku juga turut membalas pesan pada abah.

Aku: "Tondone njaluk mantu kui bah :p"

Haha.. komentar abah menjadi senjataku untuk memulai nyicil proposal nikah muda. Haha..

Abah belum membalas pesanku, sedang menikmati sarapan paginya sepertinya. Ibu membalas.

Bundaq: "Hari udh ada tgl udh ada th udh ada, yg blm ada mantunya ki piye."

Aku: "Urusan mantu tag q sing nentukan, ibu hr, tgl, dan tahunnya ya? Hehe"

Ngusilin ibu tentang pernikahan itu menjadi humor tersendiri bagiku. Ia begitu ingin anaknya benar-benar matang dalam urusan membina rumah tangga, kuliah dulu, berkarir dulu,  tapi akunya omongannya nikah mulu. Haha.. 

Iya, iya, kuliah kok kuliah.
Kuliah sambil nyari mantu untukmu, Bu. Hihihihi :p

Sekian aku berbagi. Semoga bermanfaat, salam!
Ibu dan abah

Sentuhan Cerita dalam Drama #1

Terhitung cukup lama enggak update tulisan nih. Ya, nengok bentar, ah. Bagi-bagi apa gitu.

Sekarang aku sedang masa terombang-ambing, kadang semangat, kadang goyah. Belum bisa mengambil keputusan.

Oiya, semester ini akan ada masa bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dari Universitas Negeri Yogyakarta untuk mengikuti mata kuliah kajian drama. Keluaran dari mata kuliah itu adalah menampilkan pertunjukan teater. Deng dong..

Berdasarkan kisah  para sesepuh yang mengikuti mata kuliah ini sih bilangnya akan menyita banyak waktu, namun menyenangkan. Dosen-dosen pun juga mengiyakan bahwa efek dari persiapan pementasan drama akan ada masanya juga, seperti tugas yang belum diselesaikan, mengantuk dalam kelas, terlambat datang, dan lain-lain. Namun, kupikir itu permasalahan yang pada umumnya dialami mahasiswa sekalipun tanpa sedang dalam keadaan mengikuti persiapan pementasan drama.

Awalnya aku sepakat dengan isu yang beredar bahwa pementasan drama ditiadakan. Alasannya karena terlalu berlebihan dalam hal pementasan, terlalu mewah, dan terkesan berlomba-lomba paling meriah acaranya, samapi-sampai menguras duit banyak, oh kapitalis. Huhu... Tapi setelah menjalani sedikit demi sedikit, aku pikir persiapan pementasan drama ini akan menyenangkan. Aku yakin hal itu. 

Akan tetapi, ya, tudak dapat dipungkiri bahwa baru saja memulai sudah dihadapkan pada suatu keadaan yang bikin jengkel, muak, sebel, ribet, beda pendapat, dan lain-lain. Namun, dengan sepenuh keyakinan aku yakin ini akan menjadi satu cerita yang berkesan untuk nantinya. Aku yakin, para alumni yang pernah mengikuti mata kuliah kajian drama ini seringkali merindukan masa-masa persiapan pementasan drama itu. Selalu ada cerita di dalam prosesnya. Dan proses itulah yang memberikan nilai keindahan. Kita lihat saja nantinya akan seperti apa.

Hmm.. semrawut sudah tulisanku sepertinya. Ah, setidaknya aku sudah menengok lapakku yang mulai berdebu. Hee..

Sudah dulu, ya. Salam!

Kamis, 16 Agustus 2012

Siap Hamil kah, Hai Wanita?

Ini kisah tentang seorang dokter kandungan bernama Dr. Kartini. Dia selalu menghadapi beberapa pasiennya dengan sejuta permasalahannya masing-masing.

Pertama, dia bernama Lili. Lili memiliki suami yang mempunyai kelainan dalam berhubungan seks. Suaminya akan merasa nikmat bila dalam berhubungan, dia menyakiti pasangannya. Lili sebagai seorang istri, ia patuh dan selalu bersedia disakiti demi kepuasan suaminya. Lili selalu menutupinya di hadapan Dr. Kartini. Dia seringkali bilang bahwa suaminya tak sengaja. “Saya sangat mencintainya,” tandas Lili seolah-olah tidak ada pilihan lain.

Kedua, dia bernama Yanti. Yanti adalah seorang pelacur. Dia diduga mengidap kanker rahim. Kenyataan ini membuatnya perih. “Bayangkan, aku tidak punya rahim,” ungkapnya bila mengingat tentang apa yang ia derita. Di sampingnya ada seorang lelaki yang selama ini menemaninya untuk mencari pelanggan. Lelaki itu menyayangi Yanti, namun Yanti masih mengelak perasaan itu.

Ketiga, dia gadis yang masih duduk di bangku SMP. Namanya Rara. Rara berhubungan intim dengan kekasihnya, siswa SMA. Rara hamil.

Keempat, dia perempuan gendut, namanya Lastri. Lastri mempunyai suami yang sangat pengertian, penyayang. Namun, Lastri belum bisa hamil karena ia mengalami masalah dengan berat badannya.

Kelima, dia bernama Ratna. Ratna perempuan yang penuh ketegaran. Dia masih giat bekerja mendapatkan uang demi kelahiran anaknya yang sudah ditunggu selama 5 tahun. Ya, 5 tahun menunggu, akhirnya dia hamil. Di usia kandungan 9 bulan, dia masih belum cuti. Ia begitu semangat mempersiapkan kelahiran anaknya. Suaminya seringkali lembur di kantor, belum bisa menemaninya saat memeriksakan kandungannya.

Keenam, dia bernama Ningsih. Ningsih perempuan yang menginginkan seorang anak laki-laki. Bila tidak laki-laki, maka ia akan menggugurkannya. Permasalahannya hanya karena Ningsih ingin membesarkan anaknya tidak menyerupai suaminya. Dia bermasalah dengan suaminya yang pendiam, pemalu, dan dianggapnya tidak berguna.

Apa yang akan terjadi keenam perempuan tersebut? Ini erat kaitannya dengan lelaki, perempuan, dan kehamilan. Penasaran? Silakan nonton 7 hati, 7 cinta, 7 wanita.

Film ini menyajikan tentang kekejaman seorang lelaki yang bertindak semaunya. Tak disangka dan tak diduga. Bahkan, cukup membuatku menangis sesenggukan sampai mbeler-mbeler hingga mengumpat dalam batin, “Lelaki bangsat semua”. Apa iya bangsat semua? Haha.. kupikir tidak. Itu hanya umpatan seketika, aku terlalu terbawa emosi saat menontonnya. Sialnya, film ini mampu menakutiku untuk tidak mengambil keputusan menikah lebih cepat, haha..

Meski aku pun terkadang takut, berpikir macam-macam, selalu terbesit pikiran “jangan-jangan” penuh curiga, dan ragu. Namun, semua keraguan itu terkadang tertepikan kala aku melihat senyum dan sikapnya. Penuh kehangatan. I believe him, Hehe..

Tonton aja deh, kemudian ambil kesimpulan sendiri. Aku sih masih yakin enggak semua lelaki itu bangsat, hehe..

Pernikahan, suami, hamil, anak, keluarga. Cita-cita…

Sekian dulu ya, salam!