Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Jumat, 13 Juli 2012

Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Sri Sumarah Karya Umar Kayam

Inilah hasil pengorbananku membuat tugas akhir mata kuliah fiksi, yaitu mengkaji cerpen Sri Sumarah karya Umar Kayam. Tanpa ada kajian teorinya. Alhasil, aku dapet nilai yang wooow, hahai... buat pengalaman aja deh. So, kalo mo bikin makalah, sertakan kajian teorinya. Jangan lupa, perhatikan teknik mengutip dan pembuatan daftar pustaka. Semangat!! ^.^

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN SRI SUMARAH KARYA UMAR KAYAM
Digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiksi dengan dosen pengampu Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro.



Disusun oleh:
Ade Rakhma Novita Sari
(10201244080)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2012

A.    PENDAHULUAN
            Karya sastra merupakan serangkaian penuangan ide, pemikiran, dan ekspresi yang dilakukan pengarang melalui interpretasi terhadap kehidupan yang direfleksikan melalui bahasa-bahasa pilihan. Sehingga, sumber penciptaanya berdasarkan kehidupan secara menyeluruh. Oleh karena itu, karya sastra menawarkan sejumlah nilai kehidupan, nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan, mengarahkan, dan meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia. Kebermanfaatan inilah yang menjadikan perlu mengenal karya sastra demi kebermanfaatan bagi kehidupan.
            Cerpen atau cerita pendek merupakan karya sastra yang bersifat fiksi. Berbeda dengan novel yang juga merupakan karya sastra bersifat fiksi, cerpen lebih padat dalam penyampaian ceritanya. Biasanya disampaika dengan plot dan tema tunggal serta penokohan yang terbatas, penyampaian latar secara garis besar, keterpaduannya secara sisi kecil. Namun, kepadatan tersebut semakin menguatka nilai-nilai dalam cerita tersebut.
            Untuk memahami nilai-nilai di dalamnya, maka perlu ditengok isinya dengan cara membedah karya tersebut melalui unsur-unsur pembangunnya, yaitu unsur-unsur intrinsik. Unsur-unsur instrinsik tersebut antara lain: judul, tema, plot, latar, penokohan, dan sudut pandang. Dari situlah kemudian ditarik garis besar kesimpula keterkaitan antar unsur untuk menentukan makna baik tersurat maupun tersirat dari cerita yang disampaikan.
            Sri sumarah adalah cerpen karya Umar Kayam. Dalam cerpen tersebut tampak dominan dengan sifat sumarah. Banyak nilai-nilai kebudayaan, khususnya budaya Jawa yang ditawarkan dalam cerpen tersebut. Oleh karena itu, perlu diidentifikasikan unsur-unsur instrinsik dalam cerpen tersebut guna mendapat garis besar kesimpulan tentang nilai-nilai yang ingin disampaikan dalam cerpen tersebut. Dengan demikian, maka disusunlah makalah yang berjudul ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN SRI SUMARAH KARYA UMAR KAYAM.

B.     SINOPSIS CERPEN SRI SUMARAH
Cerpen ini menceritakan tentang perjalanan hidup Bu Marto, istri Pak Martokusumo. Bu Marto cukup terkenal dengan kemampuan pijitnya. Bu Marto memiliki nama asli Sri Sumarah. Mirip dengan arti namanya, sumarah, ia orang yang pasrah, terserah, dan penurut. Bermula dari permintaan embahnya untuk menikah, Sri menikah dengan Martokusumo. Embahnya selalu mengajarkan Sri Sumarah tentang cara membuat suaminya betah, krasan, dan tenteram bersamanya. Hal itu dapat ditempuh lewat dapur, tempat tidur, sikap, dan omongan tiap hari. Sri Sumarah melakoninya dengan baik dan hal tersebut benar-benar membuat suaminya betah, krasan, tenteram bersama Sri. Sri selalu memijit suaminya yang tampak lelah sepulang kerja. Sri menyanyikan tembang dengan merdu sambil memijit suaminya. Kehidupan mereka dikaruniai seorang anak bernama Tun. Namun, kebahagiaan mereka hanya berlangsung selama 12 tahun saja karena suaminya meninggal.
Amanah dari suaminya adalah menjaga Tun sebaik mungkin. Sri merawat anaknya seperti embah yang merawatnya. Bermodalkan keyakinan, Sri merencanakan perjalanan hidup anaknya sematang mungkin seperti perencanaan yang dilakukan embahnya: sekolah di kota J, menikah, dan menimang cucu.
Sri selalu mengamati perubahan anaknya dari waktu ke waktu. Banyak yang berbeda dengan kebiasaannya yang dulu. Sri memakluminya karena zaman sudah berubah menjadi modern. Perubahan Tun dianggap lucu bagi Sri. Hingga akhirnya, rencana Sri gagal. Tun sudah hamil sebelum menikah. Untuk menutupi aib anaknya, Sri menikahkan anaknya di usia 17 tahun, yaitu dengan pontang-panting pinjam uang ke sana-ke mari dan menggadaikan tanah sawahnya pada pak Muhammad.
Sri menebus hutangnya dengan jalan menjadi penjahit. Namun, lambat laun ia tak mendapat order, sehingga ia merelakan tanahnya diambil oleh pak Muhamad. Yos yang mengetahui ini marah besar.
Hingga pada akhirnya Sri pindah ke rumah anaknya, Tun. Ia menghabiskan hari-harinya di rumah anak, menantu, dan cucunya. Tiba-tiba Tun dan Yos pamit diri karena dikejar-kejar oleh kompeni. Namun ternyata, mereka terlibat aksi kriminal. Yos mati tertangkap, sedangkan Tun diminta Sri untuk menyerahkan diri. Selama Tun ditahan, Sri member kejelasan pada Ginuk, bahwa ia adalah ibunya, sedangkan Tun adalah kakaknya. Sebulan sekali Sri dan Ginuk menjenguk Tun. Pernah Sri merasa lelah, ia pun tidur dan mendapat wasik dalam mimpinya. Ia bermimpi suaminya memintanya untuk memijit. Sri yang terbangun mengartikan bahwa itu adalah wasik baginya. Ia pun mulai menjalani dengan kerjanya, yaitu memijit. Bermula dari satu panggilan hingga akhirnya jadi langganan. Dari situlah awal mula keterkenalannya sebagai Bu Marto, ahli tukang pijit. 

C.    PEMBAHASAN
Unsur-unsur intrinsik Sri Sumarah dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1.      Judul
Judul Sri Sumarah mengacu pada tokohnya, yaitu Sri Sumarah. Dari judul, maka sudah dapat dipastikan bahwa akan bercerita banyak tentang sosok Sri Sumarah.
2.      Penokohan
Penokohan dalam cerpen Sri Sumarah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Pembedaan Tokoh
Tokoh terkait
Keterangan
Tokoh Utama
Sri Sumarah
Hal ini sudah dapat dilihat dari judul cerpen tersebut. Tokoh Sri dominan diceritakan dari awal hingga akhir.
Tokoh Tambahan
Embah, Martokusumo, Tun, Yos, Ginuk, Pak Muhamad
Mereka merupakan tokoh tambahan sebagai selingan dalam cerita.




Tokoh Protagonis
Embah dan Martokusumo
Tokoh ini tampil sebentar namun membawa efek kebaikan yang melekat pada Sri dan cukup berpengaruh bagi kehidupa Sri.

Sri Sumarah
Sri juga menjadi tokoh protagonist karena dia dominan dan menjadi tokoh idola yang perwatakannya sumarah seperti Sembrada.
Tokoh Antagonis
Tun dan Yos
Kedua tokoh tersebut yang mengawali adanya konflik dalam kehidupan Sri.
3.      Plot (Alur)
      Bermula dari penceritaan tentang tokoh, Sri Sumarah atau Bu Marto, seorang tukang pijit, kemudian flashback menceritakan tentang awal mula nama Sri Sumarah. Dalam cerpen tersebut juga diakhiri tentang penjelasan ulang bahwa dari kisah itulah (seperti dalam sinopsis), kisah Sri Sumarah dengan profesi tukang pijitnya.
      Dengan demikian, maka plot pada cerpen Sri Sumarah berdasarkan kriteria urutan waktu termasuk plot sorot balik (flashback). Penggambarannya melalui beberapa tahap, antara lain: Tahap pengenalan tokoh, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, dan penyelesaian. Bila digambarkan diagramnya sebagai berikut:

                                                      Konflik meningkat
                  Konflik                                                           
Pengenalan                                                                                    Klimaks
Penyelesaian
Awal-----------------------------------Tengah----------------------------------------Akhir

            Sedangkan plot berdasarkan kriteria jumlah memiliki plot tunggal, maksudnya tidak memiliki sub plot. Dengan demikian, maka berdasarkan kriteria kepadatan termasuk plot longgar, maksudnya di setiap peristiwa masih dapat disisipi peristiwa lain. Hal itu khas karena plot tunggal akan dengan mudah disisipi sub plot lagi
4.      Latar
a.       Latar Tempat
            Latar tempat yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah kota J, kecamatan kota, kota kabupaten N, penjara, dan hotel. Kota J digambarkan saat Sri menuntut ilmu di sana dan juga Tun. Selain itu juga kehidupan keluarga Tun, Yos, dan Ginuk yang pindah ke kota tersebut, disusul Sei kemudian. Kecamatan kota adalah kampung tempat tinggal Sri dan suaminya. Kota kabupaten N adalah penggambaran sekilas tentang tempat Martokusumo mengajar. Penjara adalah tempat yang sering kali disinggung dalam cerpen tersebut di akhir cerita karena Tun di sana dan Sri sebulan sekali menjenguknya di penjara. Sedangkan hotel sudah menjadi latar tempat langganan Sri, di mana ia mencari uang di sana dengan menjadi seorang tukang pijit.
b.      Latar Waktu
            Pagi, siang, sore, malam dalam latar waktu cerpen tersebut disampaikan secara keseluruhan. Namun demikian, latar waktu yang dominan adalah pada malam hari. Seperti yang telah digambarkan tentang penceritaan Sri memijit suami di malam hari. Obrolan Sri dengan Embahnya di malam hari, pekerjaan Sri sebagai tukang pijit di malam hari, dan lain sebagainya.
c.       Latar Sosial
Sri Sumarah mencerminkan kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan penggambaran tokoh yang dianalogikan dengan lakon-lakon wayang, seperti Pandawa, Sembadra, Ratih, Kamajaya, Arjuna, Juminten, dan sebagainya. Pemilihan nama dan status sosial juga sangat dipertimbangkan dalam novelet tersebut, seperti pemilihan nama Martokusumo, tidak boleh sembarang orang memiliki nama semacam itu (menunjukkan status sosial tinggi).
            Selain itu, dalam cerpen disisipi penggunaan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa. Meski tidak begitu banyak, namun penggambaran tokoh Sri Sumarah sudah mencerminkan sikap dan tingkah laku kejawen (bersifat kejawa-jawaan). Status sosial, bahasa daerah, kebudayaan termasuk latar sosial budaya. Dengan demikian, terbukti bahwa latar sosial budaya pada novelet Sri Sumarah sudah fungsional.
5.      Sudut Pandang
      Narator dengan leluasa mampu menjelaskan berbagai hal tentag tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi secara rinci. Dengan demikian, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga (dia) maha tahu.
6.      Tema
Dari keseluruhan bacaan, maka dapat ditentukan tema Sri Sumarah adalah nilai-nilai keperempuanan Jawa.

D.    KESIMPULAN
            Dari identifikasi unsur-unsur tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik cerpen Sri Sumarah dapat dilihat dari domina judul. Pada judul sudah menunjukkan bahwa tokoh dominan yang aka diceritakan adalah Sri Sumarah. Makna dari namanya, ternyata mampu memboyong tema pada cerpen tersebut, yaitu nilai-nilai keperempuanan Jawa, seperti: sumarah, menghormati suami lewat dapur dan tempat tidur. Unsur wayang sebagai sosok analogi merupakan kekentalan kebudayaan jawa yang melekat. Selain itu juga bahasa yang digunakan, khas Jawa, meskipun sedikit. Secara keseluruhan cerpen tersebut dominan menyampaika latar sosial budaya yang fungsional.

E.     DAFTAR PUSTAKA
Kayam, Umar. 2003. Seribu Kunang-Kunang di Manhattan. Jakarta: Grafiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar