Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Minggu, 16 September 2012

Kuncinya pada Marketing dan Sistem

Mencari uang tambahan adalah hal biasa bagi mahasiswa. Seorang mahasiswa dari disiplin pendidikan tentu menyempatkan untuk mengajar-les privat. Tak hanya dari disiplin pendidikan pun jika merasa mampu mengajar, ia memilih untuk mengajar juga.

Hari ini, Minggu (16/09), ada pertemuan pengajar privat suatu lembaga bimbingan belajar (lembimjar). Ya, aku baru saja melamar menjadi seorang tentor privat di sana, sebuah lembimjar yang sudah dikenal masyarakat.

Ada hal menarik yang akau dapatkan selama melamar di lembimjar tersebut sampai acara pertemuan tadi. Kuncinya kemenarikannya itu terletak pada marketing dan sistemnya. Pertemuan hari ini adalah membahas tentang surat keputusan direktur lembimjar tersebut. Terdiri dari beberapa bab dan pasal, sudah macam surat keputusan pemerintah gitu. Keren kan? Isinya memberi ketegasan. Jadi, diusahakan tidak ada pihak yang dirugikan. Selama acara berlangsung juga diberi beberapa motivasi untuk mengajar serta tips trik mengajar.

Sistem dalam lembimjar tersebut menerapkan naik level, sudah macam multi level marketing saja. Hanya, kalau yang ini multi level teaching mungkin ya? Jadi, untuk level pertama disebut kandidat, selanjutnya muda madya, madya, utama madya, utama, senior utama. Di setiap kenaikan level, maka hoborariumnya pun juga naik. Nah, semacam ini kan bisa memotivasi pengajar untuk naik level. Tentunya, kenaikan level itu juga berdasarkan kemampuannya. Semakin dia sering mengajar, semakin sering dia mengabdi pada lembimjar, semakin sering ia diminta orang tua wali untuk mengajar anaknya, tentu ia memiliki kemampuan yang memang semestinya mendapat penghargaan kenaikan honorarium.

Selain itu, juga ada timbal balik bagi pengajar yang berprestasi. Ada pula kesempatan bagi yang sudah sarjana untuk naik jenjang mengajar di kelas. Apalagi ada sistem di mana siswa bisa meminta ganti tentor apabila ia tak berkenan. Ini menunjukkan bahwa para pengajar mendapat motivasi untuk diterima siswa dan intensif dalam mengajar supaya dapat naik level juga. Waaah.. sistem yang baik, banyak tawaran yang menggiurkan dan membagkitkan motivasi mengajar. Semua sudah diatur sedemikian rupa yang kemudian disepakati bersama. Untuk honorarium pun juga memberi bonus bagi yang bisa datang mengajar tepat waktu, uang transpor bagi yang jarak jauh, dan juga tetap mendapat honorarium penuh apabila siswa tidak hadir tnapa pemberitahuan dalam bimbingan, bahasa jawannya "kecilik". Hehehe..

Belum lagi, tadi pertama kali masuk ruangan, diberi nasi kotak. Setelah acara selesai dan bubar, masing-masing pengajar diberi uang transpor. Super sekali. Sudah datang disambut dengan ramah, diberi pelayanan makanan nasi kotak, disuguhi beberapa motivasi, uang transpor pula. Macam seperti ini mampu mengikat para pengajar untuk lebih loyal. Haha.. uang memang menggiurkan, tapi kupikir ini sistem yang bagus, marketing yang sip, dan aish.. sukses. Patut menjadi motivasi bagi lembimjar yang lainnya mungkin. Karena kini sudah saatnya menyejahterakan pengajar. Hehe.. Jangan terlalu munafik soal uang lah. Pasti mereka yang mengajar pun kalau dapat bayaran, ya, alhamdulillah meski itu bukan penghasilan utama. Niat mengabdi pada masyarakat pun patut dipertimbangkan. Ya, semangat mengajar dan berbagi ilmu saja, semoga sukses, salam!

Jumat, 14 September 2012

Ya, Begini Ini yang Menyenangkan

Bangun pagi, sholat subuh, membersihkan singgasana adalah hal paling membahagiakan dalam mengawali hari. Ngepel, lipet-lipet baju, menata kamar, nyapu, cuci baju, dan menulis. Menyenangkan. Ada yang kurang dink, MASAK. Hehe..

Kalau lagi sregep kayak gini, aku selalu mengharap dapat satu pesan dari ibuku, sekedar bertanya "sedang apa, Vit?" begitu biasanya. Biar bisa pamer dan menunjukkan kalau aku sudah banyak perubahan. Haha.. tujuan utamanya biar direstui nikah muda, hwkwk :p

Tapi, sayangnya ibu selalu mengirim pesan atau meneleponku di saat aku sedang tak sregep-sregepnya, kadang pas lagi tidur lah, pas bangun kesiangan lah, dan lain-lain. Dan aku heran kenapa bertanyanya di saat tak tepat waktu. Ibu bilang dia merasakan dengan apa yang dilakukakan anaknya. Ibu bilang itu ikatan batin. Hmm.. luar biasa.

Pagi ini usai menjemur pakaian, aku harus menghujani pipi dengan air mata. Bukan karena terluka, tapi karena bahagia. Satu pesan yang aku nantikan telah datang..

Bundaq: "Msh apa vit? Udh makan blm?"

Kok tanya sudah makan atau belum ya? Aku merasa sepertinya ibu sedang berada di tempat makan. Biasanya saat banyak makanan atau sedang pesta makanan, ibu selalu memikirkan apakan anaknya sudah makan atau belum.
 
Aku: "Bis njemur pkaian bu. Blm makan. Ada apa ini? Ada apa ini kok tanya udh makan apa blm? :D"

Bundaq: "Ibu sls masak asem dan lauk pindang sambel pedes, tdi minta abah 10rb terus masak, makanya ibu ingat vita.

Yang ini. Ini yang membuatku menereskan air mata. Haha lebay.. tapi sungguh ini luar biasa. Abah memang pernah mengeluhkan tentang ibu yang tak pernah masak lagi, membuatkan teh hangat, kopi, atau apalah itu. Sedang aku tahu ibu memang wanita karir yang super sibuk sekali. Aku sudah memintanya untuk menjaga keharmonisan keluarga dengan sebuah masakannya, namun ibu mengeluhkan tentang uang belanja yang tak pernah cair dari tangan abah. Ya, inilah masalah suami istri pada umumnya ku pikir.

Tapi, aku rasa konflik ini harus ada yang mengawali untuk bertindak lebih dulu. Suami memberi uang belanja lebih dulu, baru istri masak. Atau, istri masak lebih dulu, agar suami luluh hatinya untuk berkenan memberi uang belanja.

Ternyata ada penyelesaian lain. Istri minta uang belanja pada suami. Haha.. Ya, keterbukaan memang perlu dalam hubungan rumah tangga kupikir, terutama masalah keuangan. Istri sekalipun sibuk, ya, mesti memberikan perhatian untuk suaminya. Sekedar teh hangat kupikir itu adalah satu bentuk perhatian. Suami, mestinya juga paham dengan tanggung jawabnya untuk menafkahi keluarganya. Deng dong..

Ups dari mana tadi? ngelantur ke mana-mana.

Oya, aku balas pesan ibuku.

Aku: "Hehe.. Ora tombok to bu? Sik enek susuk'e kui. Sitik2 10rb, sui2 100rb bu. He.. Taklukan abah bu. Huhu.. Aku yo pgen masak

(Hehe.. tidak nambah uang kan bu? masih ada uang kembaliannya tuh. Sedikit2 10rb, lama2 100rb. He.. Taklukan abah bu. Huhu.. Aku juga ingin masak-red)

Bundaq: "Yaa ibu jg hrs pinter2 golek bati atau untung, kl seorg ibu tdk bisa cari untung berarti blm sukses jdi ibu rmh tangga.

Jiwa-jiwa karirnya mulai muncul, begitulah ibu. Motivasinya tinggi sekali untuk mengais rizki, impiannya menyekolahkan anaknya. Begitu peduli sekali dengan pendidikan. Enggak peduli anak siapa, kalau urusan pendidikan, ibu mau mengusahakan yang terbaik. Jiwa-jiwa yang selalu berusaha dan pantang menyerah. Benar-benar wanita hebat yang pernah kutemui.

Sungguh, aku benar-benar bahagia mendengar kabar dari ibuku. Aku yakin bila kabar ini diketahui adikku pun, ia juga bahagia. Ibuku pun begitu bangga dan puas bisa memasak pagi ini sepertinya hingga ia menyempatkan untuk laporan kepadaku. Hehe.. Usai mendapat sms itu, aku langsung sms abah.

Aku: "Ciee yg sarapan masakan istri... Sayur asem, pindang, sambel :p"

Babe: "kasinen wayahe gulo kleru uuyah"

(rasanya asin, harusnya gula, keliru garam-red)

Haha.. enggak berubah. Masih saja mencari-cari kesalahan ibu. Gengsi membanggakan masakan istrinya. Atau, bisa juga malu-malu kucing digojlok seperti itu. Haha.. Tangisku terhenti dan aku tertawa. Bahagia sekali.

Aku langsung laporan pada ibu.

Aku: "Jare abah kasinen bu, waah..tondo2 njaluk mantu ki :p" 

(kata abah asin bu, waah.. tanda2 minta menantu ini :p-red)

Aku juga turut membalas pesan pada abah.

Aku: "Tondone njaluk mantu kui bah :p"

Haha.. komentar abah menjadi senjataku untuk memulai nyicil proposal nikah muda. Haha..

Abah belum membalas pesanku, sedang menikmati sarapan paginya sepertinya. Ibu membalas.

Bundaq: "Hari udh ada tgl udh ada th udh ada, yg blm ada mantunya ki piye."

Aku: "Urusan mantu tag q sing nentukan, ibu hr, tgl, dan tahunnya ya? Hehe"

Ngusilin ibu tentang pernikahan itu menjadi humor tersendiri bagiku. Ia begitu ingin anaknya benar-benar matang dalam urusan membina rumah tangga, kuliah dulu, berkarir dulu,  tapi akunya omongannya nikah mulu. Haha.. 

Iya, iya, kuliah kok kuliah.
Kuliah sambil nyari mantu untukmu, Bu. Hihihihi :p

Sekian aku berbagi. Semoga bermanfaat, salam!
Ibu dan abah

Sentuhan Cerita dalam Drama #1

Terhitung cukup lama enggak update tulisan nih. Ya, nengok bentar, ah. Bagi-bagi apa gitu.

Sekarang aku sedang masa terombang-ambing, kadang semangat, kadang goyah. Belum bisa mengambil keputusan.

Oiya, semester ini akan ada masa bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dari Universitas Negeri Yogyakarta untuk mengikuti mata kuliah kajian drama. Keluaran dari mata kuliah itu adalah menampilkan pertunjukan teater. Deng dong..

Berdasarkan kisah  para sesepuh yang mengikuti mata kuliah ini sih bilangnya akan menyita banyak waktu, namun menyenangkan. Dosen-dosen pun juga mengiyakan bahwa efek dari persiapan pementasan drama akan ada masanya juga, seperti tugas yang belum diselesaikan, mengantuk dalam kelas, terlambat datang, dan lain-lain. Namun, kupikir itu permasalahan yang pada umumnya dialami mahasiswa sekalipun tanpa sedang dalam keadaan mengikuti persiapan pementasan drama.

Awalnya aku sepakat dengan isu yang beredar bahwa pementasan drama ditiadakan. Alasannya karena terlalu berlebihan dalam hal pementasan, terlalu mewah, dan terkesan berlomba-lomba paling meriah acaranya, samapi-sampai menguras duit banyak, oh kapitalis. Huhu... Tapi setelah menjalani sedikit demi sedikit, aku pikir persiapan pementasan drama ini akan menyenangkan. Aku yakin hal itu. 

Akan tetapi, ya, tudak dapat dipungkiri bahwa baru saja memulai sudah dihadapkan pada suatu keadaan yang bikin jengkel, muak, sebel, ribet, beda pendapat, dan lain-lain. Namun, dengan sepenuh keyakinan aku yakin ini akan menjadi satu cerita yang berkesan untuk nantinya. Aku yakin, para alumni yang pernah mengikuti mata kuliah kajian drama ini seringkali merindukan masa-masa persiapan pementasan drama itu. Selalu ada cerita di dalam prosesnya. Dan proses itulah yang memberikan nilai keindahan. Kita lihat saja nantinya akan seperti apa.

Hmm.. semrawut sudah tulisanku sepertinya. Ah, setidaknya aku sudah menengok lapakku yang mulai berdebu. Hee..

Sudah dulu, ya. Salam!