Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Jumat, 13 Juli 2012

Bisnis Jual Mimpi

“Jika Anda mendapatkan downline, dari bintang tiga, Anda akan naik ke bintang empat dan mendapatkan uang jutaan rupiah per bulan. Tinggal duduk santai di rumah, Anda sudah bisa menikmati uang hasil kerja Anda.”
Kerja yang tidak banyak pengorbanan, duduk santai di rumah dan menikmati uang jutaan rupiah, sering dikenal dengan bisnis Multi Level Marketing (MLM). Jika mendengar kata MLM, yang terbesit adalah menuju kesuksesan atau menghindar. Dari pihak pro menyebut MLM adalah salah satu cara menuju sukses. Namun sebaliknya dengan pihak kontra yang merasa gatal-gatal atau alergi jika mendengar seseorang berbicara tentang MLM, perut langsung mulas mendengar kata MLM. Padahal MLM bukan penjahat atau penyakit. Jika perihal tersebut diketahui pihak pro, pasti yang terjadi adalah pihak pro mengklaim pihak kontra merupakan “orang miskin dengan pemikiran yang bodoh”.
Meskipun seluruh ahli ekonomi dunia sependapat bahwa direct selling seperti MLM adalah cara bisnis paling sempurna karena jelas-jelas mengurangi biaya promosi sehingga biaya promosi tersebut langsung diberikan kepada para independent distributor atau pelaku MLM tersebut, namun cara pelaku MLM konvensional (offline atau bukan MLM online) dalam merekrut anggota sudah di luar kewajaran. Bukan lagi menjual produk, melainkan menjual mimpi. Mengobral mimpi dengan nominal uang jutaan rupiah, milyaran rupiah, bahkan dari motor, mobil hingga kapal pesiar.
Akan terbuai dengan mudah jika ditunjukkan contoh pelaku bisnis MLM yang sukses, namun akan lebih baik jika menunjukkan pula pelaku MLM yang mengalami kegagalan, karena di dalam bisnis pasti ada yang sukses dan ada pula yang gagal. Bila perlu, perbandingan antara pelaku bisnis MLM yang dirasa diuntungkan dengan kehadiran bisnis MLM dengan pihak yang dirasa dirugikan dari bisnis MLM tersebut (pihak yang dirasa dirugikan, biasanya mengundurkan diri bisnis tersebut) juga dijabarkan.
Bila ditanya apa tujuan pelaku MLM mengajak bergabung di bisnis MLM, maka jawaban dari mereka nyaris sama yaitu mengajak untuk menuju kesuksesan bersama-sama. Padahal, kesuksesan tidak bisa diukur dari nominal keuangan saja.
Pelaku MLM menyebutkan bahwa bergabung dengan bisnis MLM sangat mudah. Mendaftarkan diri, mencari teman atau downline baru, kemudian duduk santai dan menikmati uang. Padahal, jika diperhitungkan lebih matang, bergabung dengan bisnis MLM tidak semudah itu, jika memang iya sangat mudah, lalu kenapa di Indonesia masih saja dilanda kemiskinan? Kenapa korupsi masih merajalela jika mendapatkan uang melalui bisnis MLM saja mudah?
Mendaftarkan diri itu pun juga menggunakan modal (uang) yang nominalnya juga tidak sedikit (biasanya ditukar dengan produk). Jika tidak sanggup mendaftarkan diri karena terpentok biaya pendaftaran yang mahal, pelaku MLM pun tidak berdiam diri, mereka akan membantu calon downline-nya untuk mendapatkan modal agar bergabung. Itulah wujud kepedulian dari pelaku MLM. Namun dibalik itu, sebenarnya jika bertambah downline, maka bertambah pula pemasukan keuangannya. Bantuan tersebut biasanya berwujud saran. Menyarankan agar berhutang pada siapa saja yang dikenal, menggadaikan barang-barang apa saja yang dipunyai. Bahkan, tidak tanggung-tanggung untuk menggadaikan ijazah. Saking nekatnya, surat tanah dan surat motor milik orang tua juga ikut digadaikan. Ini adalah cara yang kotor, tidak tahu malu. Cara inilah yang menjadikan orang-orang merasa alergi dengan cara pemikiran pelaku MLM yang kelewat percaya diri hingga tidak tahu diri.
Bila hutang dapat dibayar, barang yang digadaikan dapat ditebus, maka keadaan akan baik-baik saja, lalu bagaimana jika tidak? Bergabung dengan bisnis MLM juga harus diawali dengan niat yang baik, punya prospektif, kesungguhan dan tahu dasar-dasar dalam berbisnis. Bukan hanya niatan ingin kaya dengan mudah, karena MLM bukan sebuah metode bisnis kaya mendadak, dibutuhkan skill untuk melakukan penjualan dan pemasaran.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki keterbatasan dalam berbisnis. Setiap orang punya cara yang berbeda untuk menggapai mimpi dan cita-citanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar