Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Kamis, 29 Desember 2011

Andai saya jadi anggota DPD RI: DISKUSI!

Salam kenal. Saya adalah Ade Rakhma. Saya adalah mahasiswa jurusan kedokteran di Universitas Indonesia yang tidak direstui takdir, hingga akhirnya saya menjadi pengangan yang berangan-angan menjadi seorang istri. (Nah lho?)
Dewan Perwakilan Daerah Rakyat Indonesia (DPD RI). Apa pendapat Anda kala saya mengungkit sebutan itu? Itu pertanyaan retoris dari saya. Untuk selanjutnya, nikmati saja curahan saya. Semoga setelah membaca tulisan ini, Anda tertarik untuk turut serta berandai-andai. Terserah Anda, apa yang akan Anda lakukan setelah membaca tulisan ini, asalkan jangan muntah, itu saja. Terima kasih.
Baiklah. Andai saya menjadi anggota DPD RI, maka hal pertama yang saya lakukan adalah, saya akan mengadakan tasyakuran di rumah. Kenapa? Karena ini adalah sesuatu yang patut disyukuri,  “Aku jadi pegawai negeri, paaaak!!”
Kemudian, nantinya pada tanggal 01 Oktober, saya akan mengadakan tasyakuran bersama kawan-kawan DPD RI yang lain. Kenapa harus tanggal 01 Oktober? Karena 01 Oktober 2004 adalah hari lahir DPD RI. Tasyakuran ini diadakan sekaligus mempererat tali persaudaraan seluruh anggota DPD RI. Bakar ikan di pinggir pantai, berpesta ria (tanpa alkohol dan obat-obatan terlarang), mengajak keluarga (jika punya), berdendang bersama diiringi alunan nada gitar dan kehangatan api unggun,hmm.. Yang pasti, tasyakuran tersebut tidak ambil duit negara, melainkan patungan dari kawan-kawan. Ingat! Hanya hari itu saja, yaitu tanggal 01 Oktober.
Kemudian, tanggal 02 Oktober diadakan bakti sosial di beberapa daerah yang membutuhkan bantuan. Misal, ke Sulawesi, bagi-bagi sandal jepit. Perencanaan ini harus disusun sebelum menyusun acara untuk tanggal 01 Oktober. Jika bakti sosial untuk tanggal 02 Oktober belum tersusun lancar dan terancam sukses, maka acara berpesta di tanggal 01 Oktober ditiadakan dan terancam gagal.
Andai saya menjadi anggota DPD RI, maka saya akan mencoba megajak komunitas arsitek di Indonesia untuk menyusun pola-pola pembentukan wilayah yang nyaris ideal. Itung-itung sekalian memanfaatkan para arsitek untuk berkarya di Indonesia, agar tak lari ke luar. Dengan demikian, pola pemikiran untuk pembentukan, pemekaran, kependudukan, pertanahan, dan tata ruang tidak sertamerta dari pemikiran DPD RI saja, melainkan juga dari berbagai referensi atau masukan yang bermanfaat.
Terkait penggusuran, dan bahkan mungkin terjadi sengketa, maka saya siap menyediakan majelis untuk bermusyawarah mengambil keputusan. Bukan sekedar langsung perang. Meski, hal tersebut tak terelakkan, maka harus dibentuk tim pengamat kependudukan. Setiap dua minggu sekali melaporkan hasil pengamatan untuk didiskusikan bersama demi pembangunan di Indonesia. Akan lebih baik pula jika diadakan angket sebagai pertimbangan dari masyarakat. Intinya, pahami penduduk, dan bicarakan baik-baik. Sebelum jeritan Hak Asasi Manusia (HAM) menggema.
Berada pada komite nomor berapa pun, saya akan mengikuti rapat, meski terkadang acaranya bikin ngantuk, mules, dan bikin beberapa hal lainnya. Meski terkantuk-kantuk, maka saya akan berusaha untuk melek. Saya minta ada pihak konsumsi menyediakan beberapa camilan, seperti kacang rebus, tempe mendoan, tahu petis, dan kawanan jajanan yang lain. Jika masih ada yang tidur, maka peserta yang tidur tersebut dipersilakan untuk duduk di depan. Dan satu lagi yang akan saya lakukan dalam rapat, yaitu penyitaan handphone dan alat elektronik canggih lainnya.
Semoga dengan demikian, pengandaian saya bermanfaat bagi siapa saja yang telah membaca tulisan tersebut. Terima Kasih.

Sabtu, 17 Desember 2011

Tips: Apa yang Harus Aku Lakukan Jika Kekasihku Masih Bergemelut dengan Mantan Kekasihnya?

Menjadi mantan kekasih, punya mantan kekasih, mantan kekasih dari sang kekasih, dan segala hal yang berbau mantan kekasih, bikin galau, suntuk setengah mateeee, dan lain-lain lah.
Sudah benar-benar lupa, hilang feeling dengan sang mantan, kini fokus menjalani dengan kekasih yang baru, namun sang kekasih masih saja bergemelut dengan mantannya.
Foto-foto dengan mantannya masih tersusun rapi, foto-foto terbaru mantannya masih tersimpan di file komputer dengan nama “honey”, tersimpan rapat di handphone, bertuliskan “she love me”, dan segala tempat, serta dengan nama-nama yang so sweet bin romantis lah.. sedang foto kita tidak ada dalam file komputernya, kalau pun ada paling-paling juga sebutir (kalah cantik kali ya?haha… derita loe..).
Foto mantannya di-edit sedemikian rupa dengan media coreldraw, jaket dari mantannya masih dipakai ke mana-mana, dan semua hal ihwal yang berkaitan dengan mantannya masih tersimpan rapi, waah.. sungguh rasanya jengkel setengah mati bukan? Hahaha…
Mendapat kabar seperti itu, mungkin yang terbesit adalah:
“Putus aja, boook.. kagak nahaaan, euy!”
Bahkan, mungkin orang yang masih bertahan, dia dibilang BODOH. Hahaha… buatku, nggak juga. Dengan modal positif thingking, kupikir permasalahan ini seperti ini nggak menyakitkan juga kok, hanya butuh proses. Butuh proses untuk kebal, hwkwkwk…
Oke… santai… calm downall is well… tiap masalah pasti ada penyelesaiannya jika benar-benar ingin menyelesaikan semuanya.
Nggak selamanya hal buruk itu bakal buruk terus kok, tergantung cara kita mengolah keadaan. Baiklah, kembali ke topik bahasan, apa yang harus dilakukan jika sang kekasih masih bergemelut dengan mantan kekasihnya?
1.       PERCAYA
“Aku percaya padamu.”
Bagiku semua butuh proses.
Bodoh ya?
Tidak bagiku!
Yah, itung-itung latihan mengolah kesabaran lah.
Daripada harus ngomel-ngomel,
”Hapus foto-foto ini!”
“Lupakan mantanmu, atau kita putus!”
“Aku pengen kamu lupain dia!”
Kalau model pemaksaan kayak gitu, sang kekasih akan melakukan semua kemauanmu dengan terpaksa. Lain halnya jika dilawan dengan kepercayaan, kekasih yang tepat, ia pasti akan berusaha menjaga kepercayaanmu, dengan demikian secara perlahan dia akan mencoba fokus padamu. Jika masih saja berkutat pada mantannya, ya sudahlah. Hahaha…

2.       BERBAGI
Tempatkan diri pada seseorang yang akan selalu menemaninya, menemani baik dalam hal suka maupun duka. Jika sang kekasih masih berkutat pada mantannya, semua pasti ada alasannya. Mencoba bertanya, nggak salah kan? Mencoba mendengar keluh kesahnya, memahaminya perlahan. Bila sudah tahu alasannya, mari diselesaikan! Jika karena susah melupakan mantannya, tawarkan padanya bahwa kamu siap untuk membantunya untuk melupakannya. Jika karena sang kekasih masih terikat hutang dengan mantannya, tawarkan padanya sedikit receh untuk membantunya melunasi semua hutang-hutangnya, ahaha… emang ada yang kayak gitu ya? Yah, intinya… semua bisa didiskusikan. Belajar berani terbuka! Jika sang kekasih berbelit-belit, susah diajak ngomong, tawarkan padanya… ”Ngeteh bareng, yuk!” (iklan bangeeet, he…).

3.       EVALUASI
Jika sudah mengolah diri untuk percaya, positif thingking bahwa semua baik-baik saja, kemudian sudah mencoba berdiskusi, selanjutnya adalah evaluasi. Mungkin belum ada inovasi dari kita dalam mecinptakan cerita cinta. Ada kalanya kita buat sensasi cinta yang baru untuk sang kekasih. Ada kalanya memperbaiki diri jika dari diri kita ada yang tidak berkenan bagi sang kekasih.

Dari tiga langkah tersebut, jangan pernah merasa RUGI. Langkah tersebut juga langkah bagi kita untuk menjalani kehidupan yang rumit. Percayakan pada Sang Skenario. Yakinlah bahwa semua garis ceritaNya baik untuk kita. Semua akan indah pada waktunya.

Bukan karena tidak ada rintangan, kemudian kita merasa optimis. Namun, karena optimis, rintangan berasa tidak ada. Yakinlah bahwa semua akan baik-baik saja. SEMANGAT!
Semoga kesabaranmu menjadi nilai tambah untukmu…
Semoga kekasihmu fokus padamu!
Aamiin…

Kos Karangmalang, 18 Desember 2011, 02.31
-Ditulis dalam rangka menyemangati diri, All is well-

Jumat, 09 Desember 2011

Cintai aku...


I will always love you, kekasihku
Dalam hidupku hanya dirimu satu
Ku mau menjadi yang terakhir untukmu
Ku mau menjadi mimpi indahmu
Cintai aku dengan hatimu
seperti aku mencintaimu
Sayangi aku dengan kasihmu
Seperti aku menyayangimu
I will be the last for you
You will be the last for me


-kose cuyunk, 091211, 16.40-

Sabtu, 03 Desember 2011

3 Langkah Agar Makin Disayang Pacar


Cieeeeh yang punya pacar. Demen banget baca tips biar makin disayang pacar, ehemm…
Lagi galau karena meragukan kasih sayang sang pacar? Pengen hubungan langgeng, dan capek karena selalu berpikir keras untuk mengawetkan hubungan? Jika Kamu nemuin blog ini, maka Kamu adalah orang yang beruntung. Selamat yaa…
Dan berikut adalah beberapa langkah agar makiiiiin disayag pacar, ihirrrr…. Monggo dibaca:
1.       Sayangi pacar
Ini adalah langkah awal jika Kamu pengen disayang pacar. Pepatah bilang, ”Jika ingin dihormati atau dihargai orang lain, maka hormati dan hargai orang lain lebih dulu.”
2.        Sayangi pacar
Loh? Kok ‘sayangi pacar’ lagi?
Bukan apa-apa, karena ada pepatah yang menyebutkan,”Jika ingin disayang pacar, maka sayangi pacar lebih dulu. (ini pepatahku, percaya atau nggak, terserah Kamu deh!)
3.       Sayangi pacar
Yang terakhir adalah ‘sayangi pacar’.
Loh?
Kok?
Loh Kok?
Loh kok gitu?
Loh kok gitu sih?
Loh kok gitu sih ah?
(hohoho…salah gue? Salah temen-temen gue?)
Ya, memang ini adalah langkah terakhir. Coba aja deh… kalau belum dicoba, jangan bawel. Kalau ketiga langkah ini nggak ampuh, aku saranin Kamu putus aja deh, cari pacar yang lain.
Toh cinta itu memberi…
Dan memberi itu ikhlas…
Ikhlas itu tanpa pamrih…

Ini bukan apa-apa lho, suer dah.. just kidding :D

Kamis, 17 November 2011

Menjadi Seperti yang Kau Minta


Aku tahu ku tak kan bisa
Menjadi seperti yang kau minta
Namun selama nafas berhembus
Aku kan mencoba
Menjadi seperti yang kau minta

Aku tahu dia yang bisa
Menjadi seperti yang kau minta
Namun selama masih bernyawa
Aku kan mencoba
Menjadi seperti yang kau minta
-17 November 2011-

Minggu, 06 November 2011

Cara Mudah Membedakan Daging Kambing dengan Daging Sapi

Mumpung lagi musim daging kambing dan daging sapi, aku mau bagi-bagi tips, yaitu CARA MEMBEDAKAN DAGING KAMBING DENGAN DAGING SAPI.
Sulit membedakan keduanya selalu jadi keluhan ibu-ibu, anak-anak, atau manusia jenis apapun yang enggan daging kambing, sedang daging yang dibagi selalu dicampur. Jika diharuskan untuk mencium baunya, heemmm.. aku rasa banyak yang tak mau. Sedang sang suami, terkadang tak mau menuruti apa mau si istri, karena pikirnya daging sapi dan daging kambing itu sama saja, dan istri hanya bisa cemberut, mengeluh dalam hati, hingga mogok makan (keterangan ini berlaku pada siapa saja, tidak hanya pada seorang istri, he…).
Nah, dengan fenomena alam yang tak terhindarkan ini, aku hendak berbagi tips mudah cara membedakannya tanpa harus mencium baunya. Berikut cara-caranya:
Pertama, siapkan beberapa kumpulan daging kambing dan daging sapi yang tercampur. Mengapa demikian? Karena kalau daging kambing dan daging sapi sudah dibedakan atau tidak tercampur, tips ini tidak akan bermanfaat, betul tidak?hehe..
Kedua, siapkan dua tempat yang berbeda, misalnya tempat yang berwarna merah untuk daging kambing, dan warna biru untuk daging sapi. Mengapa demikian? Ini untuk memudahkan kerja selanjutnya, maksudnya: jika nanti sudah diketemukan daging kambing atau daging sapi, segera letakkan di tempat yang sudah ditentukan (agar tidak tercampur lagi). Kalau ketemu daging kambing, taruh ditempat warna merah, kalau ketemu daging sapi, taruh ditempat warna biru.haha..
Ketiga, ambil satu daging, kemudian letakkan daging itu pada pipi suami atau pada siapa saja yang punya ciri-ciri bawel setengah mati,he..). Jika sang suami atau sang korban berteriak “mbeeeeek…” itu menunjukkan daging yang Anda pegang adalah daging kambing. Segera letakkan daging tersebut pada tempat warna merah. Namun demikian, jika berteriak “ngooook…” itu menunjukkan daging sapi, segera letakkan pada tempat warna biru. Begitu seterusnya sampai daging kambing dan sapi mulai terpisahkan.
Semoga bermanfaat :p
Bumi Asri, 071111, 06:57

Ada Cerita di Hari Raya Idul Adha

Innalillahi wa innalillahi rajiun..
Telah berpulang ke Rahmatullah bagi kawanan kambing, sapi, kerbau, unta, dan mungkin hewan ternak yang lainnya. Kini telah tiba pada hari di mana kawanan kambing menuju singgasana terakhir.
Selamat datang hari raya idul adha, selamat datang kawan..
Pagi-pagi betul, telingaku sudah rusuh dengan teriakan bunda, sangat khas, dan ini yang selalu membuatku rindu.
“Vita… subuhan apa ndak? Bangun!”
Dengan kenikmatan yang kurasa sudah sampai puncak khayangan, aku menikmati teriakkan bunda, kemudian melanjutkan tidurku kembali.
“Ya Allah, ini besok pie kalau di rumah mertua?”
Aku menahan tawa dalam hati, selalu saja begitu. Kalimat andalannya selalu muncul, selalu bawa-bawa mertua. Aku masih menikmati lelapku dalam tidur, bunda tiada henti ngedumel sambil berjalan kesana kemari. Ditambah lagi dengan suara dengungan yang cukup mengganggu. Ilham berdendang, entah apa yang sedang ia dendangkan, sepertinya ia mulai menampakkan kebiasaannya di pondok. Kucoba jamah lebih dekat apa yang sedang ia dendangkan, kupikir ia sedang ngaji, atau baca kitab kuning, bahasanya semrawutan. Tapi setidaknya, suara parau itu semakin membuatku ayem, tentrem, dan makin tidur lebih dalam, lelap. Dari masjid pun aku juga mendengar gema takbir.
“Subuh?!”
Aku tersontak, aku belum menjamah subuh. Aku segera bangun, menuju kamar mandi, dan melakukan ini itu.
Sholat ied.
Usai sholat, kami sekeluarga mulai megerang kelaparan. Kala itu aku ngebet ikut abah beli sarapan, pikirku sekalian beli tisu, maklum musim hujan, umbelen.
Jalanan sepi, toko, warung, bahkan minimarket yang tak pernah absen dari dunia, pagi itu juga masih tutup. Aku gagal mendapatkan tisu kala itu. Menyusuri sepanjang jalan, di pojok jalan ada penjual pecel.
“Beli di situ saja ya? Ada sego pupu (nasi+paha ayam),”
Aku tertarik dengan tawaran itu. Setelah mengiyakan, kudapati banyak pembeli sedang antri. Memilih untuk antri di situ adalah pilihan yang (mungkin) tepat. Abah memutuskan untuk beli sarapan di sana, meski antri panjang, ya inilah usaha penuh perjuangan.
Sembari menunggu, abah mengambil tahu, aku pun turut serta. Kusapu semua isi meja itu, mana pupu? kok gak ada? katanya sego pupu?
“ooh berarti habis,” abah mulai menghiburku.
Ya sudahlah. Tahu juga enak.
Beberapa pembeli masih ada yang bertahan, sebagian ada yang pulang karena tak sanggup mengantri panjang. Ada bapak-bapak memesan mie-nya diperbanyak, penjual bilang kalau mie tinggal sedikit, lalu bagaimana nanti dengan yang lain? Pembeli itu menimpali,”lha anak’e njaluk mie eg.”
Hiyaa nah lho? Ayooh gelut.
Mengetahui tragedi tersebut, abah mulai memesan pada penjual untuk menyisakan mie, karena bunda sudah berpesan untuk tidak dibelikan pecel, dan abah berinisiatif untuk membelikan nasi mie saja.
Penjual mengangguk.
Bertahap begini dan begitu. Telah sampai melayani seorang wanita yang datang lebih dulu dari abah. Mie tinggal sedikit, tanpa memesan sebelumnya, dia minta mie. Penjual sedikit kegok karena mie yang ia sisakan tadi itu untuk abah yang sudah memesan lebih dulu. Aku melihat abah shock. Kemudian, suami dari wanita tadi datang dan menegaskan pada penjual bahwa istrinya datang lebih dulu dibanding abah. Abah pun hanya diam, raut mukanya seperti berbicara,”Yoweslah kono.”
Tapi, penjual masih mencoba menyisakan sedikit mie untuk abah.
Karena tinggal sedikit, abah memintaku untuk menghubungi bunda guna memberikan tawaran campur pecel saja karena mie tinggal sedikit. Aku sudah mencoba menlepon tapi tak tersambung juga, pikirku,”ah ya sudahlah, kalau lapar pasti dimakan juga, kalau protes, ya biarkan saja.”
Handphone (HP) abah berderit, ada telepon yang mengharuskan abah untuk segera pulang ke rumah guna melakukan proses penyembelihan. Belum juga telepon selesai, HP yang satunya lagi juga berdering.
Hiya nah lho.. nah lho.. bingung po ra weeen..
Aku mengambil alih HP yang satunya lagi, ternyata bunda. Belum juga aku mengucap salam, bunda sudah main semprot duluan,”beli nasi di mana to? Kok lama banget? Ditungguin orang banyak kok.” Belum juga aku menyahut, dengan sigap bunda ngedumel agar segera pulang ke rumah. Padahal, sudah jelas kalau kami sedang membelikan sarapan untuknya juga. Hmm..
Segera, kami beranjak pergi ke rumah. Di depan masjid sudah banyak orang bersiap-siap, begitu juga dengan anak-anak kecil yang siap menyaksikan tragedi pembunuhan hewan ternak. Saat lewat, semua anak-anak kecil bersorak-sorai,”pak kariyadi....” sambil dada dada..
Pak Kariyadi adalah nama abahku, hmm.. sudah macam artis saja.
“Aku kan memang artis,” jawab abah kala aku mulai keheranan dengan ulah anak-anak sekitar komplek.
Tanpa menyicip nasi yang sudah dibeli, abah segera berangkat ke masjid hendak melakukan prosesi penyembelihan. Satu, dua, tiga, empat, lima, entah ada berapa ekor kambing yang sudah disembelih abah. Saat kambing ke berapa aku lupa, tiba-tiba abah bertanya pada kawannya,”ini siapa?”
Pikirku, untuk apa abah menyakan nama si kambing, apa iya saat mereka disembelih, abah harus berkenalan dulu dengan si kambing? Tapi setelah kucari, jawabannya adalah, itu nama si penyumbang, harus diketahui sebagai doa atau ijab qabulnya.
Telah usai penyembelihan kambing, dan inilah momen yang sudah aku tunggu.. aku menunggu aksi abah kala menyembelih sapi, sehebat apa sih?
Semua kambing sudah dibabat habis, aku masih setia menunggu aksi abah selanjutnya. Aku menunggu bersama Dwika, kawanku. Belum lama, tiba-tiba alarm perutku mulai berdendang, tanda aku harus melakukan prosesi pengeluaran sisa makanan. Aku segera pamit pulang ke rumah untuk melepaskan beban dalam perutku. Setelah selesai, aku segera berangkat kembali ke masjid, untung saja dua sapi masih hidup, ini menunjukkan kalau aku masih ada kesempatan untuk melihat aksi abah.
Tidak lama kemudian, sapi mulai dituntun menuju singgasana pemotongan, wow! Bapak-bapak mulai berembuk bagaimana agar si sapi tergeletak dan mudah disembelih. Abah mengomandoni begini begitu, saking banyaknya berteori saja, aku lihat ada bapak-bapak yang menyumanggakan (mempersilakan) tali pada abah untuk melakukan sendiri atas komandoannya sendiri,haha.. kupikir tak ada yang berani menali kaki si sapi karena si sapi banyak ulah.
Sret sret sret, bruk! Seperti gempa ringan, sapi tlah roboh kemudian siap sembelih, ngeeek!
Sakaratul maut, si sapi ,mulai polah. Bapak-bapak yang berdiri di atas bambu pengikat sapi agar tak meronta kejang mulai berpegang pada batang pohon, dan aku melihat mereka seperti sedang berdisko, loncat loncat kegirangan, hihihi..
Satu sapi sudah selesai, mati. Sapi dibopong ketengah untuk dikuliti. Sebelumnya, kepalanya dilepas. Saat kepala sudah berpisah, tiba-tiba ada anak kecil yang duduk di atas badan mayat si sapi sambil berpose seperti model.
“weeez iki, ayo difoto-difoto,” ungkap salah satu bapak-bapak yang ada di sana.
Kemudian, bapak si anak mengajaknya turun dari badan mayat sapi sambil menegaskan,”di masukin surat kabar, bagus ni.”
Malaaaaaah mendukung? pie to pak pak?
Sapi kedua, aku melihat sapi kedua yang dituntun ke peraduan tidak banyak tingkah, sepetinya dia sudah pasrah. Membuatnya tergulai jatuh pun juga tidak serumit sapi yang pertama, kupikir dia sudah dewasa, pengertian lah ya, tahu diri kalau dia sudah ditakdirkan untuk dibunuh, dan dimakan.
Aku melihat matanya berkaca-kaca, seperti menangis, aku pun turut terharu. “Semangat!” batinku.
NGEEEEK….
Mati.
Selamat untuk abah, sudah jadi tersangka paling keren hari ini.
“tunjukkan fotoku pada teman-temanmu biar gak macem-macem sama kamu,” jelas abah dengan khas narsisnya.
(Fotonya nyusul yaaa.. ribet sih :p)
Dan ….
Selamat menikmati daging, selamat hari raya idul adha, Allahu akbar!
Bumi Asri, 061111, 20:56