Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Kamis, 25 Agustus 2011

Bukan Salahku kah??

“Aku muntah-muntah nih, kemaren ..  kamu apain aku? tanggung jawab!”
JEDEEEEERRRR ..
Bagai tersambar petir aku mendapat pernyataan seperti itu. Apa yang aku lakukan padanya hingga dia jadi seperti itu?
Ya .. dia muntah-muntah gak jelas. Mungkin dia sedang mengigau karena akhir-akhir ini ia jarang tidur.
Jarang tidur?
Kenapa?
oh tidak, ini bukan salahku.
Bukan!
Aku yakin itu.
Tapi bisa juga aku, aku yang memintanya untuk tidur di kamar kostku, tapi ..
ah, apa iya ini salahku?
Tidak.
Aku yakin ini bukan salahku.
Aku jadi ingat saat bapak kost menggrebek.
Ah tidak, bukan karena itu, toh akhirnya kita bubar dan pergi mencari tempat yang lain.
Bagaimana saat hujan deras saat itu?
Saat kamar kostku bocor hingga ku harus pindah ke kamar kosong sebelah. Tidur hanya beralaskan karpet merah.
Dingin.
Dan saat itu aku butuh kehangatan, begitupun dia.
Kemudian ..
Ah tidak, tidak mungkin.
Tapi..
Sepertinya ini benar kesalahanku.
Apa iya aku harus tanggung jawab?
Dengan cara yang seperti apa?
Yang bagaimana?
Aku masih semester satu.
Arggh !!!
Sial !!
Apa yang aku lakukan?
Semestinya aku tidak memintanya untuk menemaniku malam itu. Tapi saat itu aku benar-benar membutuhkan keberadaannya.
Sudah berapa kali ya aku memintanya untuk menemaniku tidur di karpet merah itu?
Ah aku menyesal, semestinya aku menyadari. Hujan dalam malam yang dingin saat itu, aku mengajaknya tidur beralaskan karpet merah hingga ..
Argh .. pantas saja jika dia muntah-muntah. Dia harus ke dokter segera agar mendapat ..
Ah tidak harus ke dokter, memalukan!!!
Cukup ke Kopma (Koperasi Mahasiswa) saja. Disana kan ada obat masuk angin. Daripada ke dokter? Cuma masuk angin saja kok, pasti malu-maluin.
Baiklah. Lain kali aku tidak akan memintanya untuk lembur bikin makalah lagi. Apalagi memintanya untuk tidur hanya beralaskan karpet. Hmm ..
*cerita ini dari saya (Ade Rakhma N.S), saya perempuan tulen lho. Dan tokoh dia juga cewek, jangan mikir aneh2 ya? hihi .. Seperti biasa, tulisan ini dibuat berdasarkan pemenuhan hasrat memulis. Dengan modal berani dan nekat upload. Penulis menyadari bahwa ada kalimat yang tidak efektif, isi sedikit GeJe, dan banyak kekurangan dalam tehnik kepenulisan (lagi belajar. Maka dari itu, kepada kawan-kawan pembaca yang berjiwa intelektual, ditunggu atas kritik dan saran yang membangun. Terima kasih J 

HOEEEEEK …
Sial!!!!
Aku masuk angin juga -.-“

Sepotong Senja untuk Pacarku

“Sepotong Senja untuk Pacarku”
Judul yang unik dan sering disebut-sebut oleh Bu Esti- dosen matakuliah Pengantar Kajian Sastra.
Mata kuliah yang sering aku dapatkan di hari Senin jam 2 siang.
“ Coba Kalian temukan makna ‘Sepotong Senja untuk Pacarku’, apa iya senja bisa dipotong dan diberikan pada seorang pacar?” begitulah kurang lebihnya Bu Esti menyampaikan petuahnya,hehe ..
“Menggunakan pendekatan semiotik, ada makna dibalik tanda.”
Waah .. aku masih belum begitu paham betul dengan pendekatan semiotik (motion: sad). Memang terkesan unik, makna yang biasanya dipahami, bisa dipelajari melalui tanda-tanda. Ya sekalipun dari tanda –tanda tersebut (entah itu tersirat maupun tersurat) haruslah tetap dipahami. Ya! dipahami lewat perasaan. (Teori sesat dari si penulis,hehe .. )
“Kamu harus bersetubuh dengan sastra, kamu harus menggaulinya agar kamu benar-benar merasakan apa yang termaktub di dalamnya,” begitulah kurang lebihnya ucapan Bu Esti- dosen mata kuliah Pengantar Kajian Sastra yang selalu memberikan kata-kata ajaib yang mengagumkan.
Terkesan vulgar (mungkin).
 “Bersetubuh”
dan
“Menggauli”
Orang sastra akan biasa saja dengan kalimat vulgar seperti itu (ya meskipun terkadang sok histeris), hanya orang-orang mesum saja yang menganggap itu menjijikkan dan “hiiiii” (Itu hanya pradugaku saja sih). Menurutku, yaah .. positif thinking sajalah. Orang yang sering berkata vulgar belum tentu orang yang mesum kok. Terkadang buah karya dari orang-orang sastra memang terkesan vulgar, tapi cobalah berpikir positif dan rasakan, ada makna dibalik kata. Jika benar sudah terasa, pasti akan kau temui sebuah makna yang (mungkin) jauh dari kevulgaran. (Cuplikan Alibi,hehe .. )
Ehemmm ..
Kembali pada sebuah “Sepotong Senja untuk Pacarku”.
Aku sudah membacanya.                     
Bagaimana denganmu, sahabatku?
Belum ya?
Ya .. aku tau, kau sibuk membaca “bacaan paling terindah di muka bumi ini”.
Lanjutkan, Kawan!
Tapi jika ada waktu luang, sempatkan membacanya, kemudian kita saling berbagi,oke??(maksa banget deh,hehe .. )
Aku sudah mendapatkan maknanya (yang mungkin berbeda dengan pembaca (lain) yang membaca buku itu).
Mungkin aku bisa bercerita inti dari buku tersebut, hmm .. seperti ini:
Sepotong senja telah hilang karena dihadiahkan pada seorang wanita (padahal si wanita tidak mencintainya).
Karena cinta, dia berani mengambil sepotong senja kemudian membungkusnya dalam amplop, kemudian dikirimkan lewat pos.
Karena cinta, dia tidak berpikir tentang akibat dari perbuatannya.
Karena cinta.
“Kupandang senja yang abadi sebelum melipat surat ini. Betapapun semua ini terjadi karena cinta, dan hanya karena cinta- betapa besar bencana telah ditimbulkannya ketika kata-kata tak cukup menampungnya. Kutatap senja itu, masih selalu begitu, seperti menjanjikan suara perpisahan yang sendu.” (Sepotong Senja untuk Pacarku.2006:191)
Cinta tak harus diucapkan dengan kata-kata.
Karena cinta sendirilah yang menerangkan cinta.
Ngomongin cinta .. cinta yang seperti inilah yang ditawarkan Sapardi Djoko Damono (sekilas tambahan) :
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu pada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan pada hujan yang menjadikannya tiada”
(tidak dikutip dari sebuah buku karena si penulis sudah hafal,hehe ..)
Oke, lain kesempatan InsyaAllah yuk mari kita bahas, kita gagas puisi Sapardi yak?hehe ..
Sekarang kembali ke Sepotong Senja untuk Pacarku ..
Ulasan inti yang aku sebutkan sebelumnya memang tak seindah dengan isi buku aslinya- buku yang begitu indah dalam mengulas keindahan senja. Hingga saat kau membacanya, kau benar-benar merasakan senja tersebut. (huhu so sweet abis pokok’e .. )
Dibalik kisah itu aku mendapati..
itu adalah bacaan sebagai perenungan untuk pembaca bahwasanya bagaimana nantinya jika senja tiada?
Gelap!!
Ya itu jawabnya ..
Sejenak rasakan “kegelapan”
“ Alina tercinta, Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja- dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan legkap?...”(Sepotong Senja untuk Pacarku.2002:5)
”Sukab yang malang, Senja yang kau kirimkan sudah kuterima, kukira sama lengkap seperti ketika engkau memotongnya di langit yang kemerah-merahan itu, lengkap dengan bau laut, desir angin dan suara hempasan ombak yang memecah pantai. Ada juga kepak burung-burung , lambaian pohon-pohon nyiur dalam kekelaman, sementara di kejauhan perahu layar merayapi cakrawala dan melintasi matahari yang sedang terbenam. Aku pun tahu Sukab, senja yang paling kemas-emasan sekalipun hanya akan berakhir dalam keremangan menyedihkan, ketika segala makhluk dan benda menjadi siluet, lantas menyatu dalam kegelapan. Kita sama-sama tahu, keindahan senja itu, kepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dan kejam. Manusia memburu senja kemana-mana, tapi dunia fana ini Sukab, seperti senja. Kehidupan mungkin saja memancar gilang gemilang, tetapi ia berubah dengan pasti. Waktu mengubah segalanya tanpa sisa, menjadi kehitaman yang membentang sepanjang pantai. Hitam, sunyi, dan kelam.”(Sepotong Senja untuk Pacarku.2002:179-180)
Ya.. dunia fana ini seperti senja,
Akan lenyap.
Selesai.
Gelap.
“Rupa-rupanya dengan cara seperti itulah dunia ini mesti berakhir. Senja yang engkau kirimkan telah menimbulkan bencana tak terbayangkan. Apakah engkau tahu suratmu itu baru sampai sepuluh tahun kemudian? Ah, engkau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan senja yang kau kirimkan ini. Senja paling taik kucing dalam hidupku Sukab, senja sialan yang paling tidak mungkin diharapkan manusia.” (Sepotong Senja untuk Pacarku.2002:180)
Ya .. segala tindakan harus ada pertanggungjawaban.
Berpikir sebelum bertindak?
(kalo kebanyakan mikir, lama bertindaknya- ini gak baek juga sih)
Intinya .. tanggung jawab!
“Apakah waktu bisa diulang atau bagaimana, aku belum pernah memasuki senja di dalam amplop. Atau, apakah di dunia ini sebetulnya seperti amplop ya Sukab, di mana kita tidak tahu apa yang berada di luar diri kita, di mana kita merasa hidup penuh dengan makna padahal yang menonton kita tertawa-tawa sabil berkata “ Ah kasihan betul manusia,” Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu. Tapi aku tidak mau khayalan, aku tidak mau kira-kira, meskipun usaha kira-kira itu begitu canggihnya sehingga disebut ilmiah, aku mau tahu yang sebenarnya. Apakah ada yang menyaksikan kita sambil tertawa-tawa? Kalau iya, apalah arti hidup kita ini Sukab? Tidakkah nasib manusia memang seperti ikan, yang diternakkan hanya untuk mengisi akuarium di ruang tamu seseorang, yang barangkali juga tidak terlalu peduli kepada makna kehidupan ikan-ikan itu?”(Sepotong Senja untuk Pacarku.2006:184)
Senja dalam amplop.
Jika senja adalah dunia.
Dunia dalam amplop.
Kita di dunia.
Dunia kita di dalam amplop.
Kita tidak tahu apa yang terjadi di luar sana, kita di dalam.
Di dalam amplop, kawan !
“Setelah amplop itu kubuka dan senja itu keluar, matahari yang terbenam dari senja dalam amplop itu berbenturan dengan matahari yang sudah ada. Langit yang biru bercampur aduk dengan langit kemerah-merahan yang terus menerus berkeredap menyilaukan karena cahaya keemas-emasan yang menjadi semburat tak beraturan. Senja yang seperti potongan kue menggelegak, pantai terhampar seperti permadani di atas bukit kapur, lautnya terhempas langsung membanjiri bumi dan mengahancurkan segala-galanya. Bisakah kau bayangkan Sukab, bagaimana orang tidak panik dengan gelombang raksasa yang tidak datang dari pantai tapi dari atas bukit?”(Sepotong Senja untuk Pacarku. 2002: 187)
Dunia hancur.
Kiamat kah?
Selesai.
Sunyi.
Sepi.
Bayangkan saja jika angin, debur ombak, matahari terbena, dan cahaya keemasan dibungkus dalam sebuah amplop, kemudian dikirimkan pada seorang wanita.
Angin telah hilang, ia reguh, dimasukkan ke amplop, tanpa angin.
Debur ombak telah hilang bersama lautnya. Tanpa lautan ..
Matahari terbenam. Matahari hilang, tanpa sinarnya, gelap gulita. Pagi seperti malam dan malam semakin malam (baca: pagi tampak gelap dan malam semakin gelap).
Sepotong senja tlah direkuh, karena pada dasarnya senja berkomposisikan angin, debur ombak, mataari terbenam dan cahaya keemasan. Keindahan itu terbungkus dalam amplop.
JANGAN DI BUKA AMPLOP ITU !!!!
ATAU ..
“Selamat berpisah semuanya. Selamat tinggal.
Alina.” (Sepotong Senja untuk Pacarku.2002:191)
Pada intinya, sepotong senja untuk pacarku itu adalah wujud perenungan akan kematian, kiamat dalam dasar sebuah cinta.
“ Kami mengira semesta begitu luas, bahkan tak terbatas, karena sepanjang sejarah kehidupan kami selalu ada cakrawala di depan pencapaian-pencapaian kami. Ternyata dunia kami hanya sebesar amplop. Kalau begitu, apa yang kami mengerti selama ini adalah semu, kami tidak suka hidp dalam dunia yang semu, kami ingin hidup dalam dunia yang sebenarnya.” (Sepotong Senja Untuk Pacarku.2002:207)

Pahami.
Rasakan.
Bersetubuhlah dengan sastra.

Karang malang at kost, 14-01-2011, 16:20

*Tulisan ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi hasrat. Dengan modal berani dan nekat upload. Penulis menyadari bahwa ada kalimat yang tidak efektif, isi sedikit GeJe, dan banyak kekurangan dalam tehnik kepenulisan (lagi belajar. Maka dari itu, kepada kawan-kawan pembaca yang berjiwa intelektual, ditunggu atas kritik dan saran yang membangun. Terima kasih J 

“Intelektual”

Kata itu membuatku ngeh. Entahlah aku tak mampu mengutarakan lebih jelasnya apa itu ngeh.
Menulis. Bikin tulisan yang bisa dibaca. Rasa-rasanya itu keren. Apalagi kalo tulisannya dinilai bermutu (aku serig nulis tapi ngerasa tulisanku gak mutu).

“TULIS SEKARANG!!” inilah modal keberanianku untuk bikin tulisan. Yang terbesit, tulis dan tulis, untuk hasil??gak tau deh yang penting nulis, haha ..

Pada intinya, masih ada hasrat dalam diriku untuk menjadi seorang penulis. Dan kabar baiknya, sampai sekarang aku masih menyandang sebagai seorang penulis, emm..  penulis status Facebook (gubrak!!)

Jujur .. aku pengen bikin tulisan yang bermutu, bukan untuk dapat pujian, melainkan .. aku ingin menunjukkan bahwa tulisanku berkualitas dan aku layak disebut penulis berbakat, haha ..

Astagfirullah .. ini nafsu kah??? (hiks!!)

Nah lho? Tulisanku sampai sini .. lalu apa hubungannya dengan “intelektual” ??

Huhu .. pada intinya .. intelektual itu bikin aku ngeh . Dan seorang penulis yang bisa bikin tulisan berkualitas, menurutku dia punya jiwa-jiwa intelektual, haha ..

Search mbah google dulu deh, apa itu intelektual, daripada aku salah penafsiran, sok-sok’an meng-klaim orang yang layak disebut “punya jiwa intelek”

Ini dia ..

Menurut George A. Theodorson dan Archiles G, intelektual adalah masyarakat yang mengabdikan diri kepada pengembangan gagasan orisinil dan terlibat dalam usaha intelektual kreatif.

--nah lho?! di dalam pengertian ada kata “intelektual” terselip, huh .. pengertian itu tambah bikin bingung, intelektual itu apa? Eeh .. malah disuguhi “intelektual kreatif”—
 next ..
Menurut Shils-sosiolog Barat yang terkenal, intelektual adalah orang yang terpilih dalam masyarakat yang sering menggunakan simbol-simbol bersifat umum dan rujukan abstrak tentang manusia dan masyarakat.

--Pengertia ini “ih wow!!” .. sudah jadi orang terpilih, menggunakan simbol-simbol bersifat umum (aku demen nih sama simbol-simbol-ada makna dibaliknya yang pasti penuh tanda tanya dan pandangan yang berbeda-bikin otak kudu mau mikir untuk memahami suatu simbol-hasyaaah). Rujukan abstrak .. idih .. penuh misteri .. bikin penasaran .. demen deh, hihi ..

Next ..

Cara meningkatkan kemampuan intelektual:
-Rajin membaca (tuh kan .. intelektual itu pasti kaya ilmu (kaya ilmu itu bikin ngeh) karena rajin baca-tergantung bacaannya juga sih)
-Mengikuti diskusi (nah lho, orang intelektual pasti jago ngomong, berani mengungkapkan sesuatu yang ingin diungkapkan dengan “berani” Itu keren !!)
-Meneliti (widih .. kritis ini .. kritis lho !! huhu ..)
-Menuliskan kembali (kurang kerjaan banget ya? tapi aku yakin ini untuk lebih mempertegas pemahaman diri, yeah !!)
-Membuka internet (wah .. mo bikin internet laku nih – tapi liat-liat dulu, ngenet buka web apaan tuh?)
-Ikut seminar (ikut seminar biasanya harus bayar pendaftaran.Hmm .. ini berarti orang intelektual pasti “berduit”, eits gak juga denk, seminar gratisan juga ada, ato bahkan oang intelektual dapat undangan gratis untuk menghadiri seminar?yahuuud ..)
-Ikut kajian (nih .. gali ilmu buka ilmu nih ..)
-Korespondensi (apa ini?haduh ..)

Next ..

Program kemampam intelektual yang sudah dilaksanakan adalah :
-Mencari informasi dan menambah pengetahuan dengan membuka internet (Searching .. searching ..)
-Menjalankan sunnah yang diajarkan Rasulullah (wow keren .. orang intelektual mengikuti (menjalankan sunah) manusia yang paling berpengaruh di dunia J)
-Berfikir positif serta meningkatkan kepercayaan diri sendiri (good ..)
-Mampu mengolah dan mengeluarkan kata-kata yang efektif dan komunikatif (sip!)
-Mengikuti diskusi, seminar, dan acara-acara sosial lainnya (gali ilmu, tiada henti menuntut ilmu)
-Lebih khusyu' dan fokus ketika beribadah dan mengerjakan apapun (fokus, itu modal yang super sekali)

*sumber : http://octaaf21.blogspot.com/2009/01/tugas-uas-character-building_07.html

Ada yang mau menambahkan ilmu padaku tentang intelektual??

Aku sedang tergila-gila dengan “INTELEKTUAL” nih .. entah kenapa, aku sendiri tidak mengerti apa maksud hati ..

Hufh .. dapet satu tulisan GeJe .. no problem, yang penting bikin tulisan (nekat).
Dan aku ingin mulai belajar bikin tulisan orisinil, gak asal jiplak sana jiplak sini (semangat!)

Dalam pembelajaran kepenulisan ini, aku berharap tulisan ini dapet “respon” . Entah itu kritik atau saran. Aku bener-bener pengen bisa bikin tulisan yang bermutu. Ooorgh -.-“

Begini dulu deh, tunggu tulisanku berikutnya, hehe .. :D

Minggu, 21 Agustus 2011

Buber Cs Reuni



SMS-ku belum kunjung dibalas jua..
Modemku juga tertinggal di Yogyakarta.. pengen internetan di rumaaaah.. online Facebook,huhu..
Fuh, yaa ini deritaku..
Tapi sebenarnya bukan ini yang hendak ku bahas.
Saat ini aku hanya ingin memenuhi janjiku, di mana aku akan berbagi perihal acara buka bersamaku dengan kawan-kawan semasa MTs. Fuh.. benar-benar bikin pangling dan berdecak “wow!”. Jadi ingat masa lalu, benar-benar mempesonakan aku. So sweet sungguh.
Ada yang tambah gendut, ada yang tambah tinggi. Ada yang tambah putih, cantik, ada ayang sudah kerja, kuliah jauh, bawa anak, bawa pacar. Huhu.. bikin pengen aja. Pengen bawa anak (anak siapa wey?).
Usai makan, kenyang (padahal gak puasa), sedikit berbincang dengan kawan. Ooh benar-benar saat itu adalah momen paling berharga untuk bernostalgia. Usai acara makan, beberapa dari kami lanjut ke metro karaoke. Bukannya tarawih, malah karaokean, ini memang gila, aku terima saja karena aku sedang dapat dispensasi tarawih.
Mengejutkan! suara kawan-kawanku oke punya juga ternyata. Fuuh.. hari ini cukup menyenangkan, hanya saja belum lengkap jika AI ku merasa aku cuekin, sampai-sampai saat ini SMSku tak kunjung dibalas jua, mungkin sudah tidur.
Hikmah dari acara buber hari ini adalah… hmm apa yaa?? Menyenangkan bertemu dengan kawan-kawan lama, menyambut mereka dengan ramah. Yah, nikmati saja semuanya dengan semangat bismillah, dan ungkapkan rasa syukur, itu yang utama.
Bumi Asri, 21 Agustus 2011, 22:24
*ditulis usai buka bersama dengan kawan-kawan semasa MTs, kelas H

Ada Aku yang Dulu Pada Saat Ini



Rencananya lagi pengen berbagi tentang keprihatinanku terhadap keadaan rumah di Bumi Asri-Kediri. Sembari menunggu loading netbook-ku, aku mencoba membuka lemari bajuku, di mana aku ingat betul aku pernah menyimpan diary di situ. Ternyata benar, aku mendapati empat buah diary di lemari bagian paling bawah. Menggelikan .. sungguh!

Kalau dibilang alay, ya emang alay banget, haha… tak bisa membayangkan aku yang dulu, sepertinya menderita sekali soal cinta. Saking terobsesinya dengan pacaran kali ya? Apalagi dari dulu aku maniak film atau sinetron cinta. Sekarang mah udah beda, paling-paling mantengin film india atau korea? Hwkwkwkwk…

Beda banget antara aku yang dulu dan sekarang, aku benar-benar menganggap bahwa ulahku itu ulah yang goblok, haha… tapi sepertinya dari diary-diary-ku yang nggak berubah adalah satu .. yaitu “Nggak pernah menyerah”, semangat tuh selalu dicari. Bener-bener deh .. entah kenapa? Bandingin diary yang sekarang? Haha .. yang sekarang jauh lebih aneh. Sok cuek lah.. sok heboh (ini juga belom berubah). Fuh.. setidaknya ini menarik sekali, sudah ada berapa diary ya? Sepertinya sejak aku kelas 6 SD atau 1 SMP ya aku mulai nulis diary? Hmm.. so sweet juga aku ternyata. Efek menulis diary-ku itu yang bikin aku demen banget nulis, ya semacam ini, haha.. pengen banget jadi penulis. Nggak salah kalau akhirnya Allah membawaku ke UNY jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang tak ku planning-kan jauh-jauh sebelumnya. Ternyata Allah jauh lebih tahu tentang kebutuhanku. Sebut saja aku tersesat di jalan yang benar (amin).

Hmm.. inti pembicaraanku kali ini lebih fokus kemana ya? Ah sepertinya memang tak terfokus, yang penting bikin tulisan, haha… yang ini juga nggak berubah, masih saja begini, nulis nggak pernah ada fokus, membiarkan semua mengalir apa adanya. Ya begitulah aku. Tulisan ini.. sebut saja Pengenalan Diri.Haha .. mekso sangat.

Oke deh Semangat, saatnya mempersiapkan diri untuk buka bersama dengan kawan-kawan lama semasa MTs, semoga menyenagkan, dan tunggu ceritaku selanjutnya. GANBATTE!!!
Bumi Asri, 21 Agustus 2011, 15:43
*ditulis dalam rangka memenuhi hasrat ingin berbagi usai membaca diary

Tentang Rindu



Make a wish ..
Wussssst ..
Lilin itu padam ..

Hari ini bukan hari ulang tahunku, tapi aku hanya bersimulasi saja. Make a wish kemudian tiup lilin. Hmm.. aku hanya ingin menyampaikan doaku pada Tuhan bahwa aku sedang merindukan seseorang. Semoga keluh rinduku ini didengarnya. Fuh.. entah kenapa aku bisa begitu sayang padanya.Ku pikir ini adalah sebuah rasa yang diberikan Tuhan. Begitu mempesonakan aku. Hingga aku tak sanggup berkata apa-apa lagi. Hanya RINDU..
Bumi Asri, 21 Agustus 2011 02:24
*ditulis karena sangat rindu dengan sang pacar J

Hemat itu Nikmat


Hari ini begitu indah, entah kenapa aku bisa berpendapat seperti itu. Aku hanya merasa senang saja akhirnya aku nyetrika juga,hehe…
Konyol.
Tapi ya begitulah aku, sudah nyaris satu bulan lebih sepertinya aku tak menyentuh baju-bajuku di lemari,huhu…
Selain itu, sore ini aku mencoba untuk menanak nasi sendiri, ceritanya memulai hidup ngirit lagi nih. Sore ini aku ngabuburit bersama sepedaku, ooh so sweet. Sore-sore naik sepeda, menyenangkan sekali. Untuk persiapan berbuka puasa nanti aku sudah menyiapkan es blewah tanpa es, sate usus dua tusuk, sate rempela ati satu tusuk, sate telur puyuh satu tusuk, dan sayur kangkung. Semuanya habis 9500. Fuh, lumayan… banyak menunya. Biasanya 9500 aku dapat ayam penyet dan jeruk anget, itu pun untuk satu kali makan. Kalau 9500 itu nantinya pasti bisa digunakan untuk dua kali makan, mungkin… atau bahkan tiga kali makan, entahlah,hehe…
Selanjutnya aku harus benar-benar ngirit nih. Hidup jadi anak kosan nggak gampang sih. Ya, meskipun gampang juga sih, tinggal calling orangtua, minta duit. Tapi ah, orang macam apa itu? Benalu sekali.
Lagipula, hutangku juga numpuk dimana-mana, haha….malah curhat utang (yaah siapa tau ada yang mau memberiku sumbangan dan melunasi hutang-hutangku, atau bahkan bila perlu orang yang aku hutangi baca tulisan ini dan menganggap hutangku lunas, haha ngarep banget deh).
Bisnis pulsaku juga gitu, gak bisa jalan karena aku belum setor-setor juga. Sebenarnya dari pihak bos pemberi saldo tak masalah dengan setoran yang belum aku lunasi, tapi aku kan sadar diri. Aku nggak mau menumpuk tanggungan keuangan. Lagipula uang hasil jualan pulsa jua sudah ku makan sendiri, haha… habisnya ortu telat kirim sih, huhu negeles. Ah, udahan ah… orang macam apa aku ini sebar-sebar keluh kesah perihal keuangan? Memalukan!
Ya, untuk pembaca, khusunya pembaca dari kalagan mahasiswa. Diambil hikmahnya saja ya. Ayo hidup hemat dan mulai kerja agar bisa berpenghasilan sendiri. Jangan ngrepotin orang tua. Semangat aja deh, jangan jadi pemalas, karena sudah terlalu banyak pemalas di dunia ini.haha…
Mengelola keuangan itu perlu, perlu diperbaiki dari sekarang. Apalagi menabung, fuh jangan sampai lupa nabung, itu perlu untuk investasi ke depan, ok ok? Yeach !!!!
Karangmalang, 12 Agustus 2011, 17:40
*ditulis usai ngabuburit, sedang menyambut adzan magrib, hehehe…

(Ternyata) Banyak Hal yang Ku Sesalkan



Setelah melewati malam yang panjang (bohong, hanya beberapa jam saja dink!). Akhirnya aku terbangun pada jam 3.51 untuk makan sahur. Kemarin malam aku begitu gila membayangkan seseorang yang ku cintai, bahkan aku merindukannya, sampai-sampai aku menangis karena menyadari begitu sayangnya aku padanya, dan aku hanya pasrah pada takdir Tuhan (oh, apa-apaan aku ini?). Tangisanku kemarin sepertinya benar-benar dalam, sampai menyesakkan dadaku. Aku bingung setengah mati karena susah bernafas. Kipas ku nyalakan, mencoba mengorek hidungku dengan tisu, barangkali ada yang menyumbat pada lubang hidungku itu, hingga sampai harus menghirup inhaler,nyessss… merasuk, benar-benar merasuk. Masih susah, namun dengan segala doa, blessssh. Entahlah, tiba-tiba saja aku bisa tertidur (syukurlah).

Bunyi alarm HPku sangat memekakkan telinga, sungguh-sungguh mengusikku. Namun, aku masih bertahan dengan lelapku. Ku coba mematikan alarm yang sudah kesekian kalinya menjerit. Ada dua panggilan tak terjawab di SIM 1, mataku terbelalak, aku yakin ini adalah ulah seseorang yang kemarin malam sudah ku rindukan. Dan, benar! AI, oh dia pacar yang baik. Tak pernah melewatkan waktu untuk membangunkanku di saat sahur, pengertian sekali. Anehnya, setiap ada namanya muncul di pelataran HPku, aku selalu segera membuka mata dan dengan segera mengumpulkan nyawaku (tapi kalau sedang benar-benar lelah, aku tetap terlelap denk,he…). Ah, entahlah… mungkin inilah yang dinamakan keajaiban cinta,hiyaaaa…

Sebenarnya apa gol yang ingin aku sampaikan dari tulisanku ini?

Ah, aku tahu. Aku ingin berbagi saja dengan pagiku ini. Tanganku sudah tak dapat menahan diri untuk bermain di tuts netbook-ku.

Malam ini nanti, AI akan pergi ke Surabaya guna mengajar bagi mereka yang mengikuti bimbel USM STAN (seperti halnya awal kami berjumpa, di kota Surabaya, aku belajar, dan dia pengajar). Sudah ada bekal yang aku persiapkan untuknya, semoga berhasil (berhasil membuatnya merasa “surprise”, hiyaa…). Ah, tambah GeJe saja aku ini.

Hmm, pagi ini aku masih diliputi rasa bersalah atas ulahku kemarin. Pertama, aku tidak datang tepat waktu untuk rapat membahas PAB, maupun TFT, padahal aku koordinator dari acara TFT. Aku datang sekitar jam 4 sore. Di lokasi janji pertemuan sepi. Ku pikir semua tlah usai, ternyata sejak dari jam janji pertemuan kawan-kawan belum muncul jua. Menjelang magrib, 2 orang yang hendak buber bersamaku harus aku batalkan karena aku dipaksa buber di masjid oleh kawanku. Yang sedikit ku sesalkankan adalah menolak ajakan buber dengan AI. Fuuh… entahlah kenapa aku begitu senang sekali melakukan hal apapun bersamanya. Bahkan aku merasa tiap detik bersamanya sangat berharga bagiku. Tapi ya sudahlah, sedikit kesalahpahaman antara aku dengannya. Namun, itu membuatku mood-ku buruk. Dan mood buruk itu aku bawa-bawa ke acara yang sudah dijanjikan di mana aku harus menghadiri evaluasi buletin.
   
Aku menyadari, aku benar-benar payah dalam mengelola mood. Perlahan aku habiskan waktuku untuk nonton film saja di kos. Mungkin aku sudah kelewatan,hargh! Ah, ya sudahlah. Sepertinya aku harus mengelola mood-ku. Bagaimana caranya?? Ada solusi?? Help me

Dari tulisan panjang ini, aku masih belum punya GOL. Entahlah. Semoga pembaca tetap sabar menghadapi tulisan ini, dan tetap setia menjadi pembaca blogku (sok laku banget…).
Karangmalang, 11 Agustus 2011, 04:47
*ditulis dalam rangka memenuhi hasrat usai menikmati makan sahur. Cukup menyenangkan karena akhir-akhir ini aku selalu geli untuk bermain tuts dan menghiasi microsoft word dengan berbagai pikiran yang lewat dalam akalku dalam bentuk kata per kata, ini indah sekali.

Mahasiwa tak Layak Kos: Benarkah Demikian?



Sepertinya hanya aku yang tidak punya teman akrab satu kosan. Awalnya biasa saja, tapi lama-lama aku mulai terbebani dengan hal itu. Bagaimana tidak? Aku sering sakit, dan aku tak punya teman kos yang merawatku saat aku sakit. Paling-paling aku harus menghubungi ASR, temanku sekelas, MMN, teman satu organisasi, atau AI, lelaki yang menyentuh hidupku, sebut saja ia pacarku, aku paling sering merepotkan dia, fuh! Hal demikian juga menjadikan ibuku khawatir tentang keadaanku.

Bagaimana bisa? Apakah aku tidak bisa mengakrabkan diri? Kawanku di luar sana banyak. Teman satu kelas, bahkan dari luar kelas, luar jurusan, luar fakultas, luar universitas, banyak. Teman dari penghuni Student Center yang berisi anggota UKM pun, banyak. Aku bisa mengenal dengan cara sok kenal sok dekat dengan anggota UKM lain, seperti UKM Penelitian, ataupun catur. Bahkan, aku mampu sok kenal sok dekat pula dengan penghuni PKM FBS UNY, seperti segolongan BEM maupun HIMA. Aku bisa mengenal orang-orang dari PP ESQ juga, bisa ngobrol lancar berkenalan bebas dengan mahasiswa dari universitas manapun, baik dari Yogyakarta, maupun luar Yogyakarta, seperti dari Lampung. Aku lebih cepat berkenalan baik dengan teman kos dari temanku malah. Seperti teman kos ASR, aku bisa mengenal N, Z, A, dan lainnya lagi. Dengan teman kos MMN pun demikian, seperti E. Benar-benar aneh. Kenapa aku tidak mampu demikian dengan penghuni di kosku? Aku yang aneh, atau mereka yang aneh?

Tapi jika dilihat penghuni yang lain, mereka semua aman-aman saja kok. Bahkan, mereka selalu, dan bahkan sangat dekat. Apa aku yang tidak bisa hidup di dunia kos? Lalu dimanakah tempat yang layak untukku jika bukan di kos?

Apa mungkin ini ada hubungannya dengan pengalaman pertamaku saat kos di Surabaya dulu ya?

Di mana pertama kali aku datang, dengan sok akrab aku tebarkan senyumanku dan mencoba ramah. Namun, mereka selalu membicarakan hal buruk tentangku, diam-diam di belakangku (meski pada akhirnya aku mendengar sendiri obrolan mereka). Memang sih, sikapku sepertinya buruk saat itu, seperti tidak mematuhi peraturan di sana. Tapi, ah rasanya aku tidak demikian. Lalu? Ah, tapi sikap mereka itu mejadikanku muak dengan sikap ramahku.

Harus bagaimana aku saat ini? Apakah aku harus pindah kos? Ah, ini pilihan yang sulit untukku. Lalu bagaimana? apa yag harus aku lakukan? Help me… jujur saja aku cukup tersiksa atas kesendirianku ini.
Karangmalang, 10 Agustus 2011, 20:38
*ditulis usai pulang tarawih, di mana saat di jalan aku bertemu dengan kawanan satu kos yang sepertinya akur sekali. Mengingat juga dari obrolan kawanan satu kos di coment foto facebook. Ah rasanya semakin membuatku muak saja setelah aku menyadari bahwa aku tak seperti anak kos yang lain. Selaliu sendiri, makan sendiri, sepertinya aku tak layak hidup di kos (hmm…aku terlalu pasrah). Ya sudahlah.

Memaksa Keterpaksaan dengan Terpaksa


Taukah kalian apa yang sedang aku pikirkan pagi ini?
PEKERJAAN
Ya, pekerjaanku sebagai anak kos-kosan yang sedang ribet-bet-bet sup-per rib-beet memikirkan tumpukan cucian, pakaian setrikaan, dan bersih-bersih kamar (hingga bersih badan saja sepertinya jarang kulakukan-oh no!). Bahkan, keinginanku untuk mempunyai dapur pun, aaah lupakan saja.

Pagi ini aku terlalu disibukkan dengan memikir pekerjaan ini itu, dan aku merasa ribet sendiri. Merasa ragu bahwa aku akan melakukan semua itu. Sebut saja itu godaan dari setan malas. Menyadari sih, tapi memang sebenarnya apa yang aku rasakan pun demikian. Kemalasan itu perlahan mulai merasukiku. Buktinya sederhana, aku lebih memilih bermain dengan tuts netbook-ku, dan mengetik semua apa yang terlintas dalam pikiranku. Bukannya segera bekerja, tapi berpikir. Ini terlalu lama.

Pembodohan sepertinya, menyadari tapi menghadapi semua hanya dengan “ya sudahlah”. Oh bagaimana aku harus melewati ini semua? Jika dibiarkan, pekerjaan itu akan menumpuk dan berkepanjangan. Satu-satunya jawaban yang harus aku tempuh adalah MEMAKSA DIRI.

“Jika tidak dipaksa, kapan mulai? Bisa saja keterpaksaan itu adalah godaan setan, apakah hendak menuruti kemauan setan?”

Kurang lebih seperti itulah Ibundaku bertutur padaku perihal keterpaksaan dalam menjalankan kebaikan.

MENUNDA, menunda, dan menunda. Seolah jargon “Kalo bisa sekarang, kenapa harus besok?” mulai melemah. Dimanakah aku bisa mendapatkan jargon itu lagi? Mencoba menyelami segala sesuatunya. Mungkin karena aku terlalu banyak pertimbangan. “Takut lelah”, sepertinya itu terlalu bodoh jika harus ku jadikan perisaiku untuk menunda segala pekerjaanku. Sampai kapan? Oh sepertinya aku terlalu banyak retorika, aku harus memaksa semua. Segera.

Dan… tunggulah apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku akan berbagi jika aku mendapatkan sesuatu untuk hari ini atas keterpaksaan yang aku paksakan pada diriku yang merasa terpaksa.

Asal… kau tak terpaksa membaca tulisanku ini, kawan.

Terima kasih telah meluangkan waktu membaca note-ku.

Salam …
Karangmalang, 10 Agustus 2011, 05:44
*ditulis pada pagi hari usai sholat subuh, di mana aku sedang dilema, terlalu lama mempertimbangkan segala sesuatunya, ooh terlalu lama.

Kesibukan (yang) Tak Terarah

Entah sudah berapa lama aku tak membuka netbook-ku hingga kemudian bermain keyboard di area microsoft word untuk menuliskan sebuah retorika tertulis. Sombong sekali rasanya, tapi begitulah kesibukan yang dilakukan oleh seorang gadis, yang terobsesi menjadi penulis, ketagihan dengan menulis.

Setelah beberapa hari menjadi seorang redaktur pelaksana buletin kampus yang sedang menggarap buletin edisi khusus ospek, di mana sehari harus terbit satu buletin. Garap kebut-kebutan, rajin lembur, lari sana, lari sini cari berita, bahkan sudah nyaris bertampang wartawan beneran, penggarap media yang sok keren dan rajin, meski sebenarnya kepekso.

Dalam beberapa hari itu aku benar-benar disibukkan dengan reportase, menulis, ngedit, dan lembur. Lima hari ospek, dengan target terbit 7 buletin, di maa dua yang lainnya adalah edisi pra, dan pasca ospek. Aku hanya sanggup ikut andil menerbitkan 3 buletin saja, buletin yang ketiga itu pun tak sepenuhnya aku ikut andil. Bagaimana bisa? Bisa saja terjadi. Ini karena kondisi fisikku payah. Entahlah kenapa begitu? Mungkin itu sudah jadi jalanku, dan semestinya aku benar-benar mensyukuri kesehatan dengan menjaga kesehatan itu. Karena kesehatan itu nikmat.

Mungkin kau akan berfikir tentang tulisanku saat ini. Sebenarnya apa maksud dari tulisanku ini? Baiklah. Di sini aku hanya ingin sekedar berbagi. Aku tak akan membiarkan blogku kosong tanpa tulisan. Aku ingin menghiasi blogku ini dengan ragam tulisan yang bisa kau dan aku baca. Dan aku pikir, tak perlu bingung, nikamati saja tulisanku ini. Jika tak suka, katakan padaku. Jika suka, oooh terima kasih, sebelumnya aku sudah meyakini hal itu.

Baiklah kawan, sekedar berbagi kabar saja bagimu yang sudah cukup merindukanku dan ingin tahu keberadaaku. Kini aku sedang mengasingkan diriku di rumah yang begitu nyaman bagiku. Di Purworejo, rumah nenekku. Di sini aku bersama nenek dan juga adik kandungku. Aku menikmati bulan Ramadhan di sini, dan itu sungguh terasa. Kenikmatan yang aku rasakan jauh berbeda bila dibandingkan saat aku menikmati Ramadhan di Yogyakarta. Di sini aku bisa menikmati sibuknya menghidangkan makanan untuk berbuka, kemudian mencuci piring usai masak, berbuka, dan makan sahur, sholat tarawih berjemaah, tadarusan usai sholat subuh, ashar, dan isya, makan sahur, ah… pokoknya ini sangat menyenangkan untuk ku nikmati. Bukan berarti aku hendak pamer amalan ibadahku. Tapi kegiatan seperti itu benar-benar bisa kunikmati di sini, bukan di Yogyakarta, di mana di sana aku selalu sibuk dengan buletin, buletin, dan buletinku.

Bila dibandingkan dengan lembur buletin, jujur kegiatan di rumah ini lebih menyenangkan bagiku. Sekalipun mirip kerja pembantu, namun ah ku pikir ini mirip latihan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Hmm, mungkin aku jauh lebih terobsesi menjadi istri dibanding menjadi penulis?haha…lagi-lagi tentang pernikahan. Sepertinya tampangku sudah ngebet sekali, jadi ku pikir aku tak perlu unjuk tampang pengen lagi.

Membandingkan seperti itu, sepertinya keterlalu sekali. Namun ku pikir ini hanya semacam kegiatan protes diri terhadap suatu kejenuhan. Tapi bukan berarti aku tak menyukai kesibukanku di Yogyakarta, hanya saja saat ini aku butuh ruang untuk menyampaikan kelelahanku selama di Yogyakarta. Sebenarnya tak ada yang salah dengan Yogyakarta, tapi ya begitulah… aku melakukan kesibukan yang menyita waktuku itu… di Yogyakarta. Maka, tentu saja aku harus menyebutkan lokasiku, yaitu Yogyakarta. Namun tak dapat dipungkiri, Yogyakarta telah menyentuh hatiku. Mungkin saja aku belum menemukan situasi yang mampu membuatku merasakan Ramadhan sesungguhnya di Yogyakarta. Tapi aku yakin, sebenarnya ada, dan aku belum menemukannya, kapan? Tunggu saja, aku masih harus kembali ke Yogyakarta lagi kok, tentunya dengan kesibukan yang lain. Oh sebenarnya ini sangat menjengkelkan. Tapi, nikmati saja semua. Yang aku lakukan ini pasti juga bermanfaat, aku yakin itu.

Tulisanku semakin tak terarah, dan aku suka itu. Baiklah kawan, dengan gaya sok artisku ini aku ingin berbagi kesibukanku (nah lho?). Beberapa hal yang harus aku pikirkan adalah acara Training of Trainer untuk anggota lpm ekspresi, dan uang launching majalah, dan .. hmm sebenarnya masih banyak, namun… satu-satu lah. Aku berharap bisa segera pulang ke Kediri saja, aku sudah cukup rindu dengan suasana Kediri. Terlebih, aku berharap kekasihku di sana masih sabar menghadapiku yang harus sibuk dengan ini itu. Meski tanpa ku elak, aku juga tak akan nyuekin dia. Hehe… (dia manusia pilihan Allah yang dititipkan baginya jiwa penyemangat untukku, love him so much), dan tak lupa alhamdulillah juga pada Yang Maha Kuasa atas kesehatan dan nikmat yang selama ini dilimpahkan padaku. Terima kasih pula pada kedua orang tuaku, pada teman-temanku, dan .. cukup! Ini berlebihan, seperti ucapan terima kasih usai mendapatkan penghargaan atau penganugerahan piala award artis terfavorit. Pada intinya, mari kita nikmati hidup ini, Kawan!

Berbagilah… menulislah… karena hidupmu indah…

Semangat!

Dan … selamat menunaikan ibadah puasa, semoga di bulan suci Ramadhan ini, kita mendapat barokah dan ridlo dari Allah. Amin…
Mudal, 8 Agustus 2011, 05:53
*ditulis di rumah nenek, karena rindu sekali menulis, dan ingin berbagi lewat tulisan, terciptalah tulisan ini dengan pesona yang (mungkin) tak jelas arahnya.