Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Minggu, 21 Agustus 2011

Memaksa Keterpaksaan dengan Terpaksa


Taukah kalian apa yang sedang aku pikirkan pagi ini?
PEKERJAAN
Ya, pekerjaanku sebagai anak kos-kosan yang sedang ribet-bet-bet sup-per rib-beet memikirkan tumpukan cucian, pakaian setrikaan, dan bersih-bersih kamar (hingga bersih badan saja sepertinya jarang kulakukan-oh no!). Bahkan, keinginanku untuk mempunyai dapur pun, aaah lupakan saja.

Pagi ini aku terlalu disibukkan dengan memikir pekerjaan ini itu, dan aku merasa ribet sendiri. Merasa ragu bahwa aku akan melakukan semua itu. Sebut saja itu godaan dari setan malas. Menyadari sih, tapi memang sebenarnya apa yang aku rasakan pun demikian. Kemalasan itu perlahan mulai merasukiku. Buktinya sederhana, aku lebih memilih bermain dengan tuts netbook-ku, dan mengetik semua apa yang terlintas dalam pikiranku. Bukannya segera bekerja, tapi berpikir. Ini terlalu lama.

Pembodohan sepertinya, menyadari tapi menghadapi semua hanya dengan “ya sudahlah”. Oh bagaimana aku harus melewati ini semua? Jika dibiarkan, pekerjaan itu akan menumpuk dan berkepanjangan. Satu-satunya jawaban yang harus aku tempuh adalah MEMAKSA DIRI.

“Jika tidak dipaksa, kapan mulai? Bisa saja keterpaksaan itu adalah godaan setan, apakah hendak menuruti kemauan setan?”

Kurang lebih seperti itulah Ibundaku bertutur padaku perihal keterpaksaan dalam menjalankan kebaikan.

MENUNDA, menunda, dan menunda. Seolah jargon “Kalo bisa sekarang, kenapa harus besok?” mulai melemah. Dimanakah aku bisa mendapatkan jargon itu lagi? Mencoba menyelami segala sesuatunya. Mungkin karena aku terlalu banyak pertimbangan. “Takut lelah”, sepertinya itu terlalu bodoh jika harus ku jadikan perisaiku untuk menunda segala pekerjaanku. Sampai kapan? Oh sepertinya aku terlalu banyak retorika, aku harus memaksa semua. Segera.

Dan… tunggulah apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku akan berbagi jika aku mendapatkan sesuatu untuk hari ini atas keterpaksaan yang aku paksakan pada diriku yang merasa terpaksa.

Asal… kau tak terpaksa membaca tulisanku ini, kawan.

Terima kasih telah meluangkan waktu membaca note-ku.

Salam …
Karangmalang, 10 Agustus 2011, 05:44
*ditulis pada pagi hari usai sholat subuh, di mana aku sedang dilema, terlalu lama mempertimbangkan segala sesuatunya, ooh terlalu lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar