Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Minggu, 18 September 2011

Landasan Nilai-Nilai Pengembangan Ilmu

A.     Deskripsi Landasan Nilai-Nilai Pengembangan Ilmu
Jujun S. Suriasumantri berpendapat bahwa semua pengetahuan, pada dasarnya memiliki tiga landasan, yaitu ontologis, epistemologis dan aksiologis, yang berbeda adalah materi perwujudan serta sejauh mana landasan-landasan dari dari ketiga aspek tersebut dikembangkan dan dilaksanakan.
1.      Ontologis (Hakikat Apa yang dikaji)
Landasan ontologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan.
Penggunaan ontologis adalah dengan penelaahan objek yang berorientasi pada hal-hal atau benda-benda empiris dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indra manusia (disebut pengetahuan empiris).
Penerapan landasan ontologis dari ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk:
-           Mengenal adanya model-model ontologis, seperti:
a.       idealisme (subjektif),
b.      empirisme (pengalaman),
c.       positivisme (pendirian kepercayaan pengetahuan faktawi).
-          Mengetahui tentang apa yang sebenarnya ingin diketahui berdasarkan pada kejadian-kejadian yang bersifat empiris karena ontologis merupakan suatu pengkajian tentang teori “ada”.
2.      Epistemologis (Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar)
Landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang proses tersusunnya ilmu pengetahuan.
Penggunaan epistemologis adalah:
-          Menyusun ilmu pengetahuan melalui proses yang disebut metode ilmiah (keilmuan)
-          Membahas objek pengetahuan, sumber dan alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan dan kebenaran pengetahuan.
Penerapan landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk:
-          Mengenal adanya model-model epistemologis, seperti:
a.       rasionalisme (akal),
b.      empirisme (pengalaman),
c.       realisme (interaksi pikiran dengan dunia luar),
d.      kritisisme (pengolahan oleh akal pada pengamatan).
3.      Aksiologis (Nilai Kegunaan Ilmu)
Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan.
Penggunaan aksiologis adalah dengan mengukur nilai-nilai yang akan digunakan seseorang dalam mengembangkan ilmu.
Penerapan landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk:
-          Mengenal adanya aksiologis, seperti:
a.       Pragmatisme (kegunaan),
b.      Idealisme etis (skala nilai-nilai, asas-asas moral, aturan, spiritual),
c.       Deontologisme etis (perbuatan moral tanpa memperhatikan akibat),
d.      Etika Telelogis (etika berdasarkan nilai),
e.       Hedonisme (kesenangan),
f.       Utilitarisme (kebaikan adalah tindakan yang menimbulkan kenikmatan).
-          Memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran hidup manusia karena aksiologis merupakan landasan nilai yang membahas tentang manfaat dan kegunaan ilmu.
Jujun S. Suriasumantri mengemukakan bahwa untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
-          Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu? (ontologis)
-          Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut? (epistemologis)
-          Serta untuk apa pengetahuan tersebut? (aksiologis)
Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut, maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga landasan tersebut (ontologis, epistemologis dan aksiologis) adalah landasan nilai-nilai pengembangan ilmu.
B.     Deskripsi Nilai-nilai yang harus diemban dalam Pengembangan Ilmu
Nilai-nilai yang harus diemban dalam pengembangan ilmu adalah:
1.      Nilai kebenaran
Dalam batas pengalaman manusia, ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan.
Pada dasarnya, setiap proses mengetahui akan memunculkan suatu bentuk kebenaran sebagai kandungan isi pengetahuan itu.
Akan tetapi, setiap kebenaran pada saat pembuktianya harus kembali pada status ontologis objek, sikap epistemologis (dengan cara dan sikap bagaimana pengetahuan terjadi), dan akhirnya dengan sikap aksiologis yang bagaimana.
Dengan demikian, muncullah begitu banyak teori kebenaran, seperti:
a.       Teori Kebenaran Korespondensi
b.      Teori Kebenaran Koherensi
c.       Teori Kebenaran Pragmatis
d.      Teori Kebenaran Sintaksis
e.       Teori Kebenaran Semantis
f.       Teori Kebenaran Non- Deskripsi
g.       Teori Kebenaran Logis yang berlebihan
Untuk membuktikan kebenaran ilmiah suatu pernyataan ilmiah, maka teori keilmuwan harus sesuai dengan sifat dasar metodologis yang digunakan dan amat tergantung pada konvensi. Itulah sebabnya peran masyarakat ilmiah juga menentukan karakteristik dari kebenaran ilmiah itu.
2.      Nilai moral
Etika keilmuwan merupakan sesuatu yang cukup mendesak untuk disebarluaskan kepada para cendekiawan-cendekiawan agar dalam perkembangan ilmu tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diharapkan oleh manusia itu sendiri.
Para ilmuwan yang jujur dan patuh pada norma-norma keilmuwan saja belum cukup, melainkan ia harus dilapisi oleh moral dan akhlak, baik moral umum yang dianut oleh masyarakat atau bangsannya, maupun moral religi yang dianutnya. Hal tersebut dimaksudkan agar jangan sampai terjadi hal- hal menyimpang yang akibatnya menyengsarakan umat manusia.
Sebenarnya ilmu bersifat netral, tidak mengenal sifat baik dan buruk, manusialah yang menjadi penentu, dengan kata lain netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologisnya. Secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai antara yang baik dan buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan untuk menentukan sikap. Dalam hal ini seorang ilmuwan harus memiliki moral yang kuat agar tidak menjadi (merupakan) musuh bagi kemanusiaan.
C.     Kesimpulan
Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat.
Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan bahwasanya beranjak dari pandangan adalah pencarian hakikat tentang apa yang akan dikaji, sedangkan prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan yaitu usaha mendapatkan dan menentukan nilai suatu pengetahuan, dalam bentuk tanggung jawab yang dilihat dari nilai kebenaran dan moral yang dikaitkan dengan kesatuan pandangan dunia yang berkaitan erat dengan kemanusiaan. Maka dapat  disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah rantai antara pencarian hakikat tentang apa yang dikaji (ontologi), usaha untuk mendapatkan pengetahuan yang benar (epistemologi) dan memahami nilai kegunaan ilmu itu sendiri (aksiologi), yang kemudian disertai kebenaran dan etika moral (nilai-nilai yang harus diemban).
D.     Daftar Pustaka
Suriasumantri, Jujun S., 1995, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: C.V. Muliasari.
Tim Dosen UGM Filsafat Ilmu, 1996, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar