A.
Deskripsi Landasan Nilai-Nilai Pengembangan Ilmu
Jujun S. Suriasumantri berpendapat bahwa semua pengetahuan, pada dasarnya
memiliki tiga landasan, yaitu ontologis, epistemologis dan aksiologis, yang
berbeda adalah materi perwujudan serta sejauh mana landasan-landasan dari dari
ketiga aspek tersebut dikembangkan dan dilaksanakan.
1.
Ontologis (Hakikat Apa yang dikaji)
Landasan ontologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang objek
materi dari ilmu pengetahuan.
Penggunaan ontologis adalah dengan penelaahan objek yang berorientasi pada
hal-hal atau benda-benda empiris dalam jangkauan pengalaman manusia yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indra manusia (disebut
pengetahuan empiris).
Penerapan landasan ontologis dari ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk:
-
Mengenal
adanya model-model ontologis, seperti:
a.
idealisme (subjektif),
b.
empirisme (pengalaman),
c.
positivisme (pendirian kepercayaan pengetahuan
faktawi).
-
Mengetahui tentang apa yang sebenarnya ingin
diketahui berdasarkan pada kejadian-kejadian yang bersifat empiris karena
ontologis merupakan suatu pengkajian tentang teori “ada”.
2.
Epistemologis (Cara Mendapatkan Pengetahuan
yang Benar)
Landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang proses
tersusunnya ilmu pengetahuan.
Penggunaan epistemologis adalah:
-
Menyusun ilmu pengetahuan melalui proses yang
disebut metode ilmiah (keilmuan)
-
Membahas objek pengetahuan, sumber dan alat
untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan dan
kebenaran pengetahuan.
Penerapan landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk:
-
Mengenal adanya model-model epistemologis,
seperti:
a.
rasionalisme (akal),
b.
empirisme (pengalaman),
c.
realisme (interaksi pikiran dengan dunia luar),
d.
kritisisme (pengolahan oleh akal pada
pengamatan).
3.
Aksiologis (Nilai Kegunaan Ilmu)
Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang penerapan
hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan.
Penggunaan aksiologis adalah dengan mengukur nilai-nilai yang akan
digunakan seseorang
dalam mengembangkan ilmu.
Penerapan landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk:
-
Mengenal adanya aksiologis, seperti:
a.
Pragmatisme (kegunaan),
b.
Idealisme etis (skala nilai-nilai, asas-asas
moral, aturan, spiritual),
c.
Deontologisme etis (perbuatan moral tanpa
memperhatikan akibat),
d.
Etika Telelogis (etika berdasarkan nilai),
e.
Hedonisme (kesenangan),
f.
Utilitarisme (kebaikan adalah tindakan yang
menimbulkan kenikmatan).
-
Memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan
keluhuran hidup manusia karena aksiologis merupakan landasan nilai yang
membahas tentang manfaat dan kegunaan ilmu.
Jujun S. Suriasumantri mengemukakan bahwa untuk membedakan jenis
pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya, maka pertanyaan
yang dapat diajukan adalah:
-
Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu? (ontologis)
-
Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan
tersebut? (epistemologis)
-
Serta untuk apa pengetahuan tersebut?
(aksiologis)
Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut, maka dengan
mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam
khasanah kehidupan manusia.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga landasan tersebut
(ontologis, epistemologis dan aksiologis) adalah landasan nilai-nilai pengembangan
ilmu.
B.
Deskripsi Nilai-nilai yang harus diemban dalam
Pengembangan Ilmu
Nilai-nilai yang harus diemban dalam pengembangan ilmu adalah:
1.
Nilai kebenaran
Dalam batas
pengalaman manusia, ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar atau salahnya
suatu pernyataan.
Pada dasarnya,
setiap proses mengetahui akan memunculkan suatu bentuk kebenaran sebagai
kandungan isi pengetahuan itu.
Akan tetapi, setiap
kebenaran pada saat pembuktianya harus kembali pada status ontologis objek,
sikap epistemologis (dengan cara dan sikap bagaimana pengetahuan terjadi), dan
akhirnya dengan sikap aksiologis yang bagaimana.
Dengan
demikian, muncullah begitu banyak teori kebenaran, seperti:
a.
Teori Kebenaran Korespondensi
b.
Teori Kebenaran Koherensi
c.
Teori Kebenaran Pragmatis
d.
Teori Kebenaran Sintaksis
e.
Teori Kebenaran Semantis
f.
Teori Kebenaran Non- Deskripsi
g.
Teori Kebenaran Logis yang berlebihan
Untuk membuktikan kebenaran ilmiah suatu pernyataan ilmiah, maka teori
keilmuwan harus sesuai dengan sifat dasar metodologis yang digunakan dan amat
tergantung pada konvensi. Itulah sebabnya peran masyarakat ilmiah juga
menentukan karakteristik dari kebenaran ilmiah itu.
2.
Nilai moral
Etika keilmuwan
merupakan sesuatu yang cukup mendesak untuk disebarluaskan kepada para
cendekiawan-cendekiawan agar dalam perkembangan ilmu tidak terjerumus ke hal-hal
yang tidak diharapkan oleh manusia itu sendiri.
Para ilmuwan yang
jujur dan patuh pada norma-norma keilmuwan saja belum cukup, melainkan ia harus
dilapisi oleh moral dan akhlak, baik moral umum yang dianut oleh masyarakat
atau bangsannya, maupun moral religi yang dianutnya. Hal tersebut dimaksudkan
agar jangan sampai terjadi hal- hal menyimpang yang akibatnya menyengsarakan
umat manusia.
Sebenarnya ilmu
bersifat netral, tidak mengenal sifat baik dan buruk, manusialah yang menjadi
penentu, dengan kata lain netralitas ilmu hanya terletak pada dasar
epistemologisnya. Secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai
antara yang baik dan buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan untuk menentukan
sikap. Dalam hal ini seorang ilmuwan harus memiliki moral yang kuat agar tidak
menjadi (merupakan) musuh bagi kemanusiaan.
C. Kesimpulan
Menurut Frank,
fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai
tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common
sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat
ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan
dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai
hubungan erat.
Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan bahwasanya beranjak dari
pandangan adalah pencarian hakikat tentang apa yang akan dikaji, sedangkan
prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan yaitu usaha mendapatkan dan menentukan
nilai suatu pengetahuan, dalam bentuk tanggung jawab yang dilihat dari nilai
kebenaran dan moral yang dikaitkan dengan kesatuan pandangan dunia yang
berkaitan erat dengan kemanusiaan. Maka dapat
disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah rantai antara pencarian
hakikat tentang apa yang dikaji (ontologi), usaha untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar (epistemologi) dan memahami nilai kegunaan ilmu itu sendiri (aksiologi),
yang kemudian disertai kebenaran dan etika moral (nilai-nilai yang harus
diemban).
D. Daftar Pustaka
Suriasumantri, Jujun S., 1995, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
Jakarta: C.V. Muliasari.
Tim Dosen UGM Filsafat Ilmu, 1996, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar