Buletin Rahsas
Ajang Pembelajaran Menulis Mata Kuliah ”Sejarah Sastra
Indonesia” Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY
edisi I/1, Juni
2011
Sekilas
Info
Mata kuliah ini diampu oleh Dr. Nurhadi, M.Hum,
dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengajar asal Pemalang ini menyelesaikan
kuliah S3 di UGM, Yogyakarta dengan menulis disertasi yang mengangkat
karya-karya Seno Gumira Ajidarma.
____________
Penulisan esai tentang Sejarah Sastra Indonesia
ini diikuti oleh para mahasiswa PBSI
kelas K, L, M dan N tahun ajaran 2010/2011 semester genap. Tulisan-tulisan
ini sebagai bentuk bagian ujian akhir matakuliah.
____________
Seseorang akan dikenang dan dicatat oleh sejarah
lewat tulisan-tulisannya. Pepatah yang mengatakan ”publish or perish” mengingatkan kita bahwa jika mempublikasikan
diri, kita akan eksis, dan jika tidak melakukannya, kita akan musnah ditelan
zaman.
Tulisan ini merupakan
karya sendiri, bukan jiplakan atau karya orang lain
Ade Rakhma Novita
Sari
10201244080
Buletin Rahsas terbit
setiap minggu
pada hari Sabtu, mengangkat
tulisan-tulisan tentang sejarah sastra Indonesia oleh peserta kuliah. Redaksi edisi kali ini: Nurhadi, NIP 19700707 199903 1
003; HP: 08164264193, e-mail: nurhadi2@yahoo.co.id.
“Ya, Ibu kami mengingatkan bahwa selagi kami makan
makanan yang pantas, bersih dan tidak busuk, di daerah-daerah yang lain
barangkali masih banyak orang yang hanya memiliki jagung dan menir berulat
seperti makanan kami dua hari yang lalu. Bahkan
barangkali banyak orang yang sama sekali tidak mempunyai sesuatupun untuk
pengisi perut.”
![]()
Nh. Dini
(pengarang produktif)
![]()
Cover novel Langit dan Bumi Sahabat Kami
”
Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran
dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam
pelampiasan hati. ”
![]()
Cover novel Langit dan Bumi Sahabat Kami
“Nh. Dini, seorang novelis yang
berhasil memenangkan hadiah (untuk peserta Indonesia) lomba mengarang
"Meilleure de langue Francaise" yang diselenggarakan oleh Le Monde
dan radio France Internasional”
"Sabar dan dermawanlah seperti bumi. Dia kau injak, kau ludahi.
Namun tak hentinya memberimu makanan dan minuman."
|
Kisah dalam Sastra
Oleh Ade Rakhma Novita Sari
1. Sekilas Isi
Novel
yang berjudul Langit dan Bumi Sahabat Kami, buah cipta Nurhayati Sri Hardini
Siti Nukatin yang lebih dikenal dengan Nh. Dini, pertama kali diterbitkan
oleh PT Dunia Pustaka Jaya pada tahun 1979 dengan 139 halaman. Novel ini
menceritakan tentang
kesabaran dan ketabahan seorang Dini dan keluarganya dalam menghadapi
lika-liku hidup.
Ketika penjajahan Jepang berakhir dan digantikan
serdadu Sekutu. Dalam kesulitan mendapatkan makanan di pasar,
seringkali tentara Sekutu merampas harta benda penduduk, termasuk rumah
keluarga Dini. Beruntung, ibunya lihai mengolah berbagai macam jenis makanan
yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan dapat dimakan, misalnya krokot dan
kremah yang biasa digunakan sebagai makanan jangkrik, bonggol pisang,bayam
tanah, jagung, gaplek, dll. Di masa sulit tersebut, orang tua Dini masih bisa
membatu saudaranya Kang Marjo dan Yu Saijem juga Yu Kim mengungsi di
rumahnya, demikian juga ayah Dini masih dapat memberikan kejutan manis kepada
anak-anaknya.
Keadaan bertambah sulit karena
tidak ada listrik, ditambah musim kekeringan yang melanda. Hingga Dini
sekeluarga harus mandi, mencuci di sungai yang jauh dari rumahnya.
Keperihatinan Dini sekeluarga juga tetangga-tetangga terdekatnya berakhir
ketika ayahnya berhasil menjual burung perkutut kesayangannya guna untuk
membuat sumur baru. Seiring waktu, keadaan
keluarga Dini semakin membaik ketika perbatasan kota dibuka, sehingga bisa terjadi proses barter antara petani yang
membawa hasil ladang dan ternak dengan penduduk kota yang mempunyai pakaian
dan barang-barang berharga. Mulai saat itulah, keluarga Dini bisa merasakan
makanan yang nikmat kembali, berbagai kebahagiaan seperti kebahagiaannya
memanen berbagai jenis hasil kebun, hingga
kebahagiaan atas kehadiran anggota keluarga baru.
Berbagai permasalahan datang
bertubi-tubi, seperti halnya
kisah pencidukan ayah Dini
oleh serdadu Sekutu karena bekerjasama dengan para pemberontak. Ayahnya
memang menolak bekerja pada pemerintah pendudukan dan memilih untuk membantu para pejuang gerilya. Di akhir buku ini
digambarkan kondisi Ayahnya setelah diciduk oleh Sekutu, kondisi Heratih,
serta suaminya, dan juga Maryam yang terpisah selama masa pendudukan Sekutu.
Demikianlah kisah kesabaran yang
terus dilakukan tanpa putus asa oleh Dini dan keluarganya, menghasilkan
keberhasilan untuk hidup seperti sediakala. Masalah-masalah yang datang
bertubi - tubi setelah Penjajahan Jepang berakhir, Belanda datang kembali untuk menjajah Indonesia. Akan
tetapi, Dini dan keluarganya tidak begitu saja mudah
terperangkap oleh siasat Belanda. Hidup
memang harus penuh kesabaran dan ketabahan
seperti yang dilakukan Dini dan keluarganya.
2. Proses Menulis
Berawal
dari sebuah kisah atau pengalaman pribadi Nh. Dini, penulis buku Langit dan
Bumi Sahabat Kami. Mengisahkan kembali peristiwa-peristiwa yang dialaminya
saat ia berusia 10 tahun, pada masa di mana Semarang menjadi rebutan para
penjajah, tidak ada kebebasan bagi penduduk, hidup dalam kekangan, kekurangan
makanan, musim yang kering. Sungguh keadaan yang memprihatinkan.
Dini mengenang masa-masa dimana dirinya dan
keluarganya kesulitan kala mendapatkan
makanan. Mengenang masa di mana keluarganya berusaha mengelabui serdadu Sekutu
yang datang pada saat ayahnya berusaha menyembunyikan barang-barang berharga
yang tersisa. Banyak mengingat petuah-petuah dari ibu dan bapaknya
dalam berbagai situasi telah membentuk cara pandangnya di kemudian hari.
Berkat keluarganyalah, Dini menyadari bakatnya sebagai penulis.
Melihat
sekitar Nh. Dini, yaitu dalam lingkungan keluarganya. Ibu Dini adalah pembatik yang selalu bercerita padanya
tentang apa yang diketahui dan dibacanya, mulai dari bacaan Panji Wulung,
Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa, dan sebagainya. Baginya,
sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya
akan lingkungan.
Dini
ditinggal wafat ayahnya saat masih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya
hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun.
Hingga bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah, di mana
saat itu dalam usia belia, Dini mampu berkarya. Tak heran jika akhirnya novel
Langit dan Bumi Sahabat Kami begitu menyentuh pembaca dalam memaknai sebuah
kisah pengalaman hidup Dini, karena pada dasarnya Dini mampu mengolah
kisahnya menjadi lebih bermakna dan terasa.
Mengingat
ucapan Ibu Dini, "Sabar dan dermawanlah seperti bumi. Dia
kau injak, kau ludahi.
Namun tak hentinya memberimu makanan dan minuman." Bersahabat dengan bumi, hingga mungkin inilah alasan
novel yang berkaitan dengan perjuangan hidup di bumi menjadikan inspirasi
untuk judul novelnya, yaitu “Langit dan Bumi Sahabat Kami”.
Sedang melihat historis perihal
kepenulisan di Indonesia. Sejak tahun 1968, dan
terutama paroh pertama tahun 1970-an, bermunculan karya sastra yang
memperlihatkan semangat kebebasan berkreasi. Pada masa itu, berbagai karya
eksperimental memperoleh lahan yang subur. Karya-karya eksperimental itu
mencakupi semua ragam sastra (puisi, novel dan cerpen, dan drama). Maka, di
antara karya-karya konvensional
yang terbit tahun 1970-an, tidak sedikit yang memperlihatkan semangat
kebebasan yang diejawantahkan dalam bentuk karya-karya eksperimental. Tak heran, pada tahun 1970-an di mana pada tahun
tersebut merupakan ledakan tampilnya sejumlah penulis perempuan. Saat-saat
itulah Nh. Dini menerbitkan berbagai ragam buku yang dirasa eksperimental dan
kental akan kebebasan dalam berekspresi, seperti halnya dengan novelnya yang
berjudul Langit dan Bumi Sahabat Kami.
3. Keberadaan Buku
Dibandingkan
dengan kedua buku sebelumnya, yaitu Sebuah Lorong di Kotaku dan
Ilalang di Belakang Rumah, buku ini tak hanya berkisar tentang diri Dini dan
keluarga, melainkan juga memotret kondisi di sekelilingnya. Hal ini mungkin dikarenakan Dini sudah
cukup besar, berusia
sepuluh tahun.
Novel ini ada kemiripan dengan Pearl
of China yang ditulis oleh
Anchee Min, di mana keduanya
menceritakan kehidupan masyarakat yang dilanda penderitaan, kelaparan,
kemiskinan, maupun kekeringan. Hanya berbeda tempat, di mana Langit dan Bumi
Sahabat Kami menceritakan kondisi Semarang, Indonesia. Sedangkan Pearl of
China menceritakan kondisi di daratan Cina. Perbedaan yang lainnya adalah
Pearl of China sangat kental dengan peristiwa sejarah, sedangkan Langit dan
Bumi Sahabat Kami adalah berbagai peristiwa yang dialami penulis, sebut saja
pengungkapan pengalaman Nh. Dini semasa hidup di usia 10 tahun.
Jika dibandingkan dengan penulis perempuan yang lain,
seperti Djenar Maesa Ayu, Fira Basuki, Pipiet Senja. Nh. Dini adalah angkatan
terdahulu dibandingkan dengan mereka. Meskipun pada dasarnya mereka sama-sama
sering mengungkapkan novelnya yang tersirat makna feminisme, namun
karya-karya Nh. Dini lebih condong kepada penceritaan sebuah pengalaman yang
mungkin, adalah pengalaman pribadi. Pada dasarnya, mereka masih dalam ruang
lingkup yang sama dalam semangat dan kegigihan untuk berkarya.
4. Mengenal Nh. Dini Lebih Dekat
Nurhayati
Sri Hardini Siti Nukatin atau sering
dikenal dengan Nh. Dini, dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan
Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan
empat tahun sekali.
Perempuan
kelahiran Sekayu tersebut mengaku mulai tertarik menulis sejak
kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan
ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan
itu semacam pelampiasan hati.
Dini
menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang
ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran
nasional di RRI Jakarta dalam acara Tunas
Mekar.
Peraih
penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini
sudah telajur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri
mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan,
pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap
tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Budi Darma menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis
yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa
pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati
ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum
perempuan. Bukti keseriusannya
dalam bidang yang ia geluti tampak dari pilihannya, yaitu masuk jurusan
sastra ketika menginjak bangku SMA di Semarang. Ia
mulai mengirimkan cerita-cerita pendeknya ke berbagai majalah. Ia bergabung
dengan kakaknya, Teguh Asmar, dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup
Berseri. Sesekali ia menulis naskah sendiri. Dini benar-benar remaja yang
sibuk. Selain menjadi redaksi budaya pada majalah remaja Gelora Muda, ia
membentuk kelompok sandiwara di sekolah, yang diberi nama Pura Bhakti.
Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah
sandiwara radio se-Jawa Tengah. Setelah di SMA Semarang, ia pun menyelenggarakan
sandiwara radio Kuncup Seri di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang.
Dini
dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun, menurutnya teknik bukan tujuan, melainkan sekedar alat. Tujuannya adalah
tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan
kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil
mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional.
Ia
mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil
contoh bukunya yang berjudul Pada Sebuah Kapal, prosesnya hampir sepuluh
tahun sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang
paling mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk
adegan fisik, gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat atau mendengar yang unik, sebelum
tidur ia tulis tulis dulu di blocknote dengan tulis tangan.
Pengarang
yang senang tanaman ini, biasanya menyiram tanaman sambil berpikir, mengolah, dan menganalisa. la merangkai sebuah
naskah yang sedang dikerjakannya. Pekerjaan berupa bibit-bibit tulisan itu
disimpannya pada sejumlah map untuk kemudian ditulisnya bila sudah terangkai
cerita.
Menyinggung
soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia
menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang
yang pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala
persoalan dan kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya.
Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Nh. Dini
adalah sebagai berikut, Nh. Dini memenangkan lomba
penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), Di Pondok Salju, memenangkan Hadiah Kedua
Majalah Sastra (1963), Mengunjungi
Jepang atas undangan The Japan Foundation (1987), Memenangkan hadiah pertama
lomba mengarang cerita dalam bahasa Perancis, Le Monde dan Radio France
Internationale (1988), Menerima
Hadiah Seni Untuk Sastra dari Depertemen Pendidikan & Kebudayan (1989), Menerima penghargaan Bhakti Upapradana
dari Pemprov Jawa Tengah (1991), Mengunjungi
Australia atas undangan Flinders Univesity, Adelaide (1991), Mengunjungi Amerika Serikat atas undangan
Organisasi lingkungan hidup Green Peace (1992), Diundang
oleh penitia Warana’s Writers Week ke Brisbane, Australia (1993), Mendapat beasiswa selama 4 bulan untuk
tinggal di Perancis dari pemerintah Perancis (1994), Diundang mengikuti Simposium Kebudayaan
Kawasan Asia Pasifik di Perth, Australia (1997), Diundang pemerintah kota Toronto, Kanada
untuk ikut sera dalam acara ‘Readings’ (1998),Mendapat beasiswa selama 3
bulan untuk tinggal di Perancis dari pemerintah Perancis (1999), Mendapat Hadiah seni dari Dewan kesenian
Jawa Tengah (2000), Menerima
penghargaan SEA WRITERS Award (2003), Kanjeng
Ratu Hemas, istri Sri Sultan Hamengku Buwono X membuatkan
gedung Pondok Baca Nh. Dini di kawasan Yayasan Wredha Mulya, Sendowo,
Yogyakarta (2005), Diundang
Ke Korea Selatan menghadiri Festival Penghargaan se Afrika-Asia-Timur Tengah
di Jeonju (2007), Menerima
Hadiah Francophonie dari negara-negara yang menggunakan bahasa perncis
sebagai bahas kedua (2008), Diundang
menhadiri Ubud Writers and Readers Festival, Bali (2009).
5. Kata Mereka
Novel ini mengandung banyak cara
untuk tetap bersabar. Kita diajarkan untuk pandai dalam bersikap sabar
seperti Dini dan keluarganya, hingga dapat membentuk sifat-sifat yang
mendatangkan banyak manfaat bagi orang lain.
Dalam buku berlatar belakang
keluarga ini, Dini begitu pandai menceritakan kehidupan
antar anggota keluarganya. Jarang
sekali ditemukan karya penulis muda zaman sekarang yang bercerita tentang
keluarga sedemikian kompleks seperti Nh. Dini, kebanyakan adalah lebih mengutamakan cerita percintaan
antara lelaki dan perempuan.
Novel
tersebut juga memberi wawasan hikmah, meskipun alurnya mudah untuk di tebak. Sedang bahasa yang digunakan agak sulit dipahami, karena
banyak mengandung kiasan - kiasan yang sulit diartikan. Namun demikian,
nilai-nilai yang terkandung cukup banyak. Seperti nilai sosial, nilai moral dan nilai religius.
Kebanyakan
di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang
berpendapat, wanita yang dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang
berpendapat bahwa dia menceritakan dirinya sendiri. Pandangan hidupnya sudah
amat ke barat-baratan, hingga norma ketimuran hampir tidak dikenalinya lagi.
Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi terlepas dari
semua penilaian itu, karya Nh.
Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan
cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.
Daftar Pustaka
Setiabudi, Irawan. Winda
Rianti, Agung, Iyan, dan Bunga. 2011. “Langit dan Bumi Sahabat Kami” dalam http://www.goodreads.com/book/show/1722594.Langit_dan_Bumi_Sahabat_Kami.
Diunduh pada 10 Juni 2011.
Milky. 2011. “Pearl of China” dalam http://mymilkyway.blogdetik.com/2011/03/26/pearl-of-china/.
Diunduh pada 10 Juni 2011.
Mahayana, Maman. 2010. ”Angkatan 70-an: Kembali ke Tradisi” dalam http://mahayana-mahadewa.com/2010/09/11/angkatan-70-an-kembali-ke-tradisi/#ixzz1PH7CcAGE.
Diunduh pada 14 Juni 2011.
|
|
Karya-karya Nh.
Dini
Karya Nh. Dini diantaranya adalah Dua Dunia (kumpulan
cerita pendek, NV Nusantara, Bukittinggi, 1956), Hati yang Damai (novel, NV
Nusantara Bukittinggi, 1961), Di Pondok Salju (1963), Pada Sebuah Kapal (novel,
PT. Dunia Pustaka Jaya, kemudian diambil alih oleh PT. Gramedia Pustaka Utama,
1972), Keberangkatan (novel, PT. Dunia Pustaka Jaya, kemudian diambil alih
oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, 1977), Namaku Hiroko (novel, PT.
Dunia Pustaka Jaya, kemudian diambil alih oleh PT. Gramedia Pustaka Utama,
1977), Sebuah Lorong di
Kotaku (cerita kenangan, PT. Dunia Pustaka Utama, kemudian diambil alih PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1978), Pada Ilalang di Belakang Rumah (cerita kenangan,
PT. Dunia Pustaka Jaya, kemudian alih oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, 1979), Langit Dan Bumi Sahabat Kami (cerita kenangan,
PT. Dunia Pustaka Jaya, kemudian diambil oleh PT. Gramedia Pustaka Utama,
1979), Sekayu (cerita kenangan, PT. Dunia Pustaka, kemudian diambil
oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, 1981), Pangeran dari Seberang (biografi penyair Amir
Hamzah, PT. Dian Rakyat, 1981), Kuncup Berseri (cerita kenangan, PT. Dunia
Pustaka Jaya, kemudian diambil alih oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, 1982),
Tuileries (kumpulan cerita
pendek, PT. Sinar Harapan, 1982), Segi dan Garis (kumpulan cerita pendek, PT.
Dunia Pustaka Jaya, 1983), Orang-orang Tran (novel, PT. Pustaka Sinar
Harapan, 1983) Sampar (novel terjemahan Albert Camus, La Paste, 1983), Pertemuan Dua Hati
(novel, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1986), Jalan Bendungan (novel, PT. Djambatan, kemudian diambil alih oleh PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1989), Tirai Menurun (novel, Gramedia Pustaka Utama, 1993), Panggilan Dharma
Seorang Bhikku (riwayat hidup Bhikku Girrakkito Mahatera, nirlaba, Yayasan
Watugong Semarang dan Sangha Theravada, penerbitan eksklusif, tidak
diperdagangkan, 1996), Tanah Baru, Tanah Air Kedua (novel, versi baru
Orang-Orang Tran, PT. Gramedia Widyasarana Indonesia/PT. Grasindo,1997), Hati Yang Damai (novel, PT.
Grasindo, 1998),Cerita-Cerita Dari Perancis 1 & 2 (legenda Perancis,
PT. Grasindo, 2000), Kemayoran (cerita kenangan, PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2000), Jepun, Negerinya Hiroko (cerita kenangan, PT. Gramedia Pustaka Utama), La Barka (novel, PT.
Grasindo, 2001), Monumen (kumpulan cerita pendek, PT. Grasindo, 2002),Dua Dunia
(kumpulan cerita pendek, PT. Grasindo, 2002),Istri Konsul (kumpulan cerita
pendek, PT. Grasindo, 2002), Dari Parangik ke Kampuchea (cerita kenangan, PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003),Pencakar Langit (kumpulan cerita pendek, PT.
Grasindo, 2003),Janda Muda (kumpulan cerita pendek, PT. Grasindo, 2003), 20.000 Mil di Bawah
Lautan (novel terjemahan dari bahasa Perancis karya Jules Verne, Vinqt Mile
Lieues sous Les Mers, Penerbit Enigma, Yogyakarta, 2004), Dari Fontenay ke
Magallianes (cerita kenangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005),Sampar (novel terjemahan
Albert Camus, La Paste, Edisi II Yayasan Obor Indonesia, 2006), La Grande
Bourne (cerita kenangan, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), Argenteuil : Hidup
Memisahkan Diri (cerita kenangan, PT. Gramedia Pusatak Utama, 2008), Tukang Kuda, Kapal
La Providence (novel terjemahan Le Charretier de La Providence, Karya Georges
Simenon, Kelompok Jakarta-Paris & Penerbit Kiblat Buku Utama, Bandung,
2008), Pondok Baca Kembali
ke Semarang (novel, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), Amir Hamzah,
Pangeran Dari Seberang (novel, Gaya Favorit Press, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar