Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Kamis, 03 November 2011

Ridho PJ

“Huh!! Pengungsi macam apa mereka itu? Menyuruhku seenaknya. Memangnya aku ini pembantu mereka?” Ika, aktivis kampus di Yogyakarta, seorang relawan, mulai mengeluh dengan keadaannya sebagai relawan.
“ Jadi relawan kok nggak rela sih, Mbak?” tutur lelaki berpenampilan gembel yang menggendong gitar sambil menghitung uang recehan.
Ika kaget bukan kepalang, ia tersentak hingga jatuh ke tanah saat melihat penampilan pemuda disampingnya.
Pemuda itupun menolong Ika. Ia ulurkan tanganya, namun Ika menolak dan berdiri sendiri tanpa mempedulikan pertolongan dari lelaki di depannya.
“Maaf ya, sudah mengejutkan Mbak,” pemuda tadi menghitung uang recehnya kembali.
Ika hanya diam memperhatikan lelaki gembel di depannya.
“Kenapa, Mbak?” lagi-lagi pemuda tersebut mengejutkan Ika.
“Emm .. nyanyikan satu lagu untukku,” pinta Ika basa-basi.
Pemuda tadi mengernyitkan dahinya. Tidak panjang pikir, ia menaruh uang recehnya di saku celana, meraih gitarnya dan mengalunkan lagu karyanya.

Acap kali rintih memaki
Setiap detik duka berpacu
Semakin terang cerita tuan
Dari mereka yang resah bertanya
Adilkah keputusanMu?
Bingar tangis karna azabMu
Setiap detik tuding Ilahi
Jangan salahkan kecewa kami
Bosan dalam Irama takdirmu
Walau ku tak terganggu
Bukankah Kau Maha Tahu
Pengasih penyayang
Namun mengapa selalu saja itu hanya cerita?
heeiii .. Tuhan, tolong buktikan
Amuk lahar yang datang hanguskan bumi
Tinggalkan arang penghuni desa pergi
Cemburu batu hancurkan saudaraku
Ulurkan tangan bantulah sesamamu*

 “ Lagumu bagus,” Ika tersentuh dengan alunan lagu dari pemuda tersebut.
“ Iya, makasih. Tapi aku tidak butuh pujian, aku butuh uang,” pengamen tadi menegaskan.
“ Oh, iya,” Ika mencoba mencari uang dalam sakunya, namun tidak satupun ia menemukan uang dalam sakunya. Ia mulai teringat bahwa dompetnya ada di dalam tas.
Terlalu lama menunggu Ika yang sedang mencari-cari uang dalam sakunya. Pengamen itu pun pergi meninggalkan Ika sendiri di pos kampling pojok desa dekat dengan tempat pengungsian korban merapi.
“ Hei tunggu, uangku ada di tas, aku ambil dulu,” teriak Ika.
“ Gratis,” sahut pengamen tadi.
Melihat kepergian pemuda tersebut, Ika mulai bertanya-tanya, “ Siapa dia?”
Di sudut pos kampling bekas yang diduduki pemuda tadi, Ika melihat ada selebaran kertas koran. Ia meraih potongan koran tersebut.
            “Sukses dari ngamen di jalanan”
Esoknya, di  tempat pengungsian. Ketua koordinator relawan meminta Ika untuk mendata pemasukan bantuan. Dalam perjalanan Ika ke tempat pendataan bantuan, Ika melihat sosok pemuda yang tidak asing lagi baginya. Pemuda itu adalah lelaki yang Ika temui kemarin di pos kampling, namun dengan penampilan yang berbeda dari kemarin. Ia tampak lebih rapi dari sebelumnya.
Ika mendekati pemuda tersebut, “ Kamu?” Ika mencoba meyakinan dugaannya.
“ Eh, Mbak relawan?” pemuda tersebut memberi sambutan ramah dan menujukkan bahwa pemuda tersebut benar-benar pemuda yang dijumpai Ika kemarin.
Ika mengambil uang di saku celananya dan selembar kertas potongan koran, kemudian ia menyodorkannya pada pemuda tersebut. Pemuda tersebut terkejut dengan sodoran dari Ika. Ia menerima, kemudian beranjak pergi.
“ Hei, Kamu siapa?” Ika menyela bertanya sebelum pemuda tadi pergi.
“ Ridho, pengamen jalanan,” sahut pemuda tersebut sambil beranjak pergi.
Ika mengernyitkan dahi kemudian beranjak pergi untuk melihat data pemasukan bantuan untuk pengungsi.
No
Hari/Tanggal
Nama
Alamat
Pemasukan
45
Sabtu/ 6 November 2010
Ridho PJ
Cangkringan
2.009.850

“Dia .. PJ .. Pengamen Jalanan??”

*dari pengamen jalanan di Sunday Morning bundaran UGM, Yogyakarta

Depan TV, 31 Januari 2011, 09:26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar