Setelah alarm bedering untuk
kedua kalinya, tiba-tiba dering panggilan masuk berbunyi. Bundaq. Pagi itu ia minta dijemput di SMP 1 Purworejo. Ya,
tiba-tiba ia tiba di Purworejo. Padahal, baru kemarin ia bilang tak bisa ke
Purworejo karena tak direstui suaminya-abahku. Baru kemarin juga ia bilang
bahwa sebenarnya ia sudah rindu padaku-anaknya.
Rindu. Aku sedang membicarakan
rindu. Sejak Mas Ain di Jakarta, hampir setiap waktu aku merindukannya. Hampir
seringkali aku bilang padanya bahwa aku rindu. Lain halnya dengan ibuku. Hampir
bisa dipastikan bahwa aku merindukan ibu kala teringat padanya saja (Jelas
saja, aku lebih sering komunikasi dengan Mas Ain tiap waktu, jelas saja sering
teringat padanya). Perlu dipertanyakan pula kapan aku bilang rindu pada ibu.
Belum lagi aku rela bila harus keluar pulsa mahal kala ingin sekali menghubungi
Mas Ain, sedang pada ibu, aku seringkali memintanya yang meneleponku. Apakah
kalian pernah merasakan hal serupa?
Aku mencintai ibuku. Aku juga
mencintai Mas Ain. Namun, usaha percintaanku pada keduanya terasa berbeda.
Seperti aku menempatkan ibuku setelah Mas Ain, padahal Mas Ain belum menjadi
suamiku.
Ketika aku benar-benar rindu
dengan Mas Ain, banyak cara aku lakukan agar segera bertemu dengannya. Bahkan,
satu waktu aku istimewakan untuk bersamanya. Sedang ibuku? Hampir seringkali
aku bilang padanya, “Maaf, aku sibuk. Ada acara ini, acara itu, tanggungan ini,
tanggungan itu, bla bla bla.” Jawaban ibu, ”Tidak usah dipaksa, selesaikan
tugas-tugasmu.” Begitu rela ia menahan rindu. Terkadang, “Maaf, aku belum bisa
pulang ke Kediri minggu ini.” Ibu bilang tak apa, namun kemudian tiba-tiba ia di
Yogyakarta, menemuiku. Aku hanya mengaguminya.
Baru ini aku menyadari semua.
Awalnya ibu terlalu berlebihan ketika bilang rindu. Aku menganggap bahwa ucapan
“aku kangen” darinya hanyalah sebuah guyonan belaka. Baru kemarin aku mendengar
dari seorang wanita, ia seorang ibu juga. Katanya, seorang ibu seringkali
merindukan anaknya, namun jarang sekali anaknya merindukan ibunya. Ibunya
selalu memikirkan anaknya, sudah makan kah, pegang uang berapa, sedang di mana,
sehat kah, bahkan menyempatkan untuk menjenguknya sekali waktu. Mirisnya adalah
seorang anak ingat ibu ketika ia tak pegang uang. Haish..
Hari ini ibu benar-benar datang
di sela-sela kesibukannya untuk menemui anaknya. Ini sudah bukan yang pertama
kalinya. Sebenarnya aku kasihan pada ibu, pasti lelah sekali selama perjalanan.
Tapi, setelah aku pikir-pikir, itu adalah rindu yang memang tak bisa tertahan,
benar-benar ingin bertemu. Oh, ibu. Bahagia betul aku punya ibu sepertinya.
Ketika aku rindu, ia selalu hadir menemuiku. Entahlah, telah habis kata, semoga
Allah memuliakannya, karena bagiku ia perempuan yang mulia. Ibu….
Kini, telah tiba pada GERAKAN
SAYANG IBU. Mari bahagiakan kedua orang tua kita, manfaatkan waktu yang telah
disediakan… Jangan sampai penyesalan datang. Selamat pagi!
![]() |
love my mom |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar