Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Rabu, 25 Juni 2014

Surat Ketiga

Kepada: Yu Tengkleng
 
Assalamu’alaikum wr.wb.
 
Suratmu sudah kubaca setelah kau kabarkan, “Sudah kubalas suratmu.”
 
Kau menuliskannya saat aku di Kediri. Namun, kubaca suratmu saat aku tiba di Yogyakarta. Kini, aku mencoba membalas suratmu ketika aku di Kediri. Ya, sekarang aku sedang di Kediri. Aku yakin kau akan membaca suratku di Yogyakarta. Aku tahu kau begitu setia pada Yogyakarta.
 
Semoga kedatangan suratku bisa menjadi jeda atas kejenuhanmu pada skripsi. Tunggu! Kau jenuh sudah sebulan yang lalu. Masihkah kejenuhan itu melandamu sampai saat ini? Kukira tidak. Ayo semangat! Hehehe...
 
Kau jadi wisuda Agustus? Aku pesimis kalau harus menyusulmu wisuda bulan Agustus, Ndul. Tapi, aku ingin wisuda bareng kamu. Aku tahu kau tak akan mengorbankan ritual wisudamu hanya untuk menantiku, kecuali jika Allah yang menghendaki. Hahaha.. aku tidak mendoakanmu untuk mundur wisuda, lho! Semoga kau selalu dilipahkan kebaikan dan kebahagiaan.
 
Maaf ya aku terlampau lama membalas suratmu. Sama seperti halnya aku terlampau lama tak kunjung memegang skripsiku kembali. Butuh waktu lama untuk menata hati menyentuhnya. Hehehe.. Tapi membalas suratmu jauh lebih menggoda untuk kusentuh lebih dulu dibanding skripsiku ternyata, he..
 
Ndul, relakah engkau jika dalam situasi seperti ini kita masih membahas Senja dan Fajar? Aku bertanya seperti ini karena sepertinya kau sudah berhasil alih fokus. Apalagi tampak jelas pada ketegasanmu padaku agar aku tidak membalas sapaan sang Senja. Aku tahu mimik wajahmu saat membaca SMS kami, kau menggambarkan ketidaksukaan yang amat dalam. Kau tahu? Aku merasa begitu lancang mencampuri urusan kalian berdua dan bahkan seolah-olah aku berada di posisi sok mahatahu atas perasaanmu. Sampai akhirnya kuputuskan sendiri untuk tak ikut campur lagi terlalu jauh. Kemudian disusul ketegasanmu untuk tak lagi membalas sapaan sang Senja. Makin mantap pula kesungguhanku. Apa yang ada dalam pikiranmu kala itu?
 
Oh iya Ndul, satu yang perlu kau ingat. Kau tak bisa menikmati senja dan fajar dalam waktu bersamaan. Mereka datang pada waktu yang sudah ditentukan.
 
Senja menunjukkan pergantian siang menjadi malam.
Fajar menunjukkan pergantian malam menjadi siang.
 
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (10: 6)
 
sebagian siang, sebagian malam
Sungguh indah betul perumpamaan yang kau pilihkan untuk kedua manusia itu dengan hal yang rupawan: senja dan fajar. Yakinlah, ada tanda kekuasaan Allah di balik rasa cintamu pada senja dan fajar.
 
Tiba-tiba aku terbesit untuk menamai anak perempuanku dengan Senja, anak laki-lakiku dengan Fajar. Bagus ya, Ndul? Kau mau juga menamai anakmu dengan nama Senja dan Fajar? Kamu versi Arabnya aja ya, aku yang versi Indonesia. Hehe...
 
Oh iya, sebentar lagi Ramadan. Akan lebih sering menantikan fajar dan senja nih. Tapi pasti lebih menantikan senja, haha.. Tak hanya itu, aku juga menantikan bahwa Ramadan tahun ini adalah Ramadan terakhir di masa lajangku. Semoga tahun depan dipertemukan lagi dengan Ramadan udah bareng suami, anak, keluarga, saudara, kerabat, kamu tentunya, dan semuanya. Aamiin. Hehehe.. Apa yang kau nantikan, Ndul?
 
Bicara soal kerabat dan keluarga, bagaimana kabar bapak dan mamamu? Jangan sampai lepas kabar dari mereka ya, Ndul.
 
Menjelang Ramadan, aku buka dengan lembaran penuh maaf dariku ya, Ndul. Maaf kalau ada kesalahanku dalam berucap dan bertindak kepadamu, serta pernah berburuk sangka padamu. Maafkan aku.
 
Sudah dulu ya. Salam rindu dariku 
 
Wassalamu’alaikum wr. wb.
 
Rabu, 25 Juni 2014
Ade Rakhma Novita Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar