Aku bilang ini
menyedihkan. Bahkan, sangat menyedihkan. Bangun tak bisa pagi, tugas kuliah
banyak yang terbengkalai, jauh dari pacar, duit tak ada, motor tak bisa hidup
karena jarang dipakai karena bannya entah bocor atau kempes, hendak diperbaiki
juga tak ada uang. Tapi satu, beruntung sudah sarapan. Ujung-ujungnya, hidup
jadi kegiatan berkeluh kesah, tiada guna, sungguh. Ya, namanya saja
menyedihkan. Wajar.
Kamar
berantakan, hidup jadi ikut berantakan. Kacau. Entah harus ditata dari mana.
Entah mengapa aku begitu yakin akar permasalahan ini ada pada uang. Ini bukan
persoalan menghamba pada uang atau bukan, tapi ini menyangkut kebutuhan. Entah
berbicara soal sudut pandangku menilai uang atau bukan, tapi yang jelas, aku
butuh uang. Ini jujur tanpa rekayasa, tanpa ada sisipan kemunafikan, very very real! Tidak dipungkiri kalau
aku butuh uang dan sangat butuh uang. Kan, aku sudah mengulanginya
berulang-ulang. Lagi, aku butuh uang. Tidak ada uang itu menyiksa.
Coba kalau ada
uang, aku tidak akan pusing memikirkan cucianku yang belum dicuci dan
disetrika. Tinggal naruh di laundry.
Coba kalau ada
uang, aku bisa makan ketika aku lapar, tidak pusing-pusing harus menghitung
hari ini aku sudah makan berapa kali, aku mau makan apa, atau harus
mengira-ngira nasi di magicom sudah
berapa hari.
Coba kalau ada
uang, aku bisa membenahi motorku di bengkel dan aku bisa beraktivitas dengan
lancar ke sana ke mari.
Coba kalau ada
uang, aku bisa beli deposit, jualan pulsaku lancar, lumayan nambah pemasukan.
Karena tidak
ada uang, aku harus putar otak untuk mendapatkan uang.
Mau kerja parttime, terbentur waktu senggang. Mau
mengajar, tapi tidak ada job. Toh, lagi-lagi terbentur dengan waktu senggang.
Mau jualan di online shop, tapi
koneksi tidak lancar, sepi juga. Mau ikut lomba menulis berhadiah uang
pembinaan, tapi harus bayar uang pendaftaran, serius mau pakai uang apa? Tiap
malam harus lembur nulis ini itu untuk cari pemasukan yang masih bisa disambi,
tapi nyatanya belum keturutan juga dapat duit dari menulis. Lembur menyita
waktu istirahat, bangun jadi siang, waktu senggang berkurang, cucian belum tersentuh,
nasi pun juga tak terjamah, kamar berantakan, istirahat makin tak tenang. Haish,
berantakan. Akhirnya, waktu senggang digunakan untuk mengeluh. Ya, seperti ini.
Bodoh!
Mau melakukan
ini, kepikiran itu. Mau melakukan itu, kepikiran yang lain. Duh, Gusti!
realistis! aku sepakat! kebutuhan hidup itu kompleks, salah satunya butuh uang.
BalasHapuslagi-lagi uaaaaaaaang....uang pun jadi usulan tema buku. uang penuh inspirasi
BalasHapus