Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Kamis, 19 Maret 2015

Di mana Janinku? #2

"Kok tidak ada janinnya?" tanya dokter sambil berusaha menjelajahi sisi-sisi perutku.
Aku mulai tegang.
"Sudah 9 mingguan, harusnya janin mulai terlihat," ungkap dokter.
Aku keluar ruangan dengan pandangan kosong tak percaya. Bagaimana bisa?

Selasa, 17 Maret 2015 telah berlalu. Aku sudah telat mens 4 minggu. Aku belum putuskan untuk periksa ke dokter. Aku pergi ke salah satu dokter tapi harus antri sampai tanggal 25 Maret 2015. Itu lama sekali. Aku pergi ke rumah sakit khusus ibu dan anak (RSKIA) dengan memilih dokter tertentu, ternyata harus daftar sejak pukul 7. Baiklah, besok saja aku daftar lewat telepon.
Rabu, 18 Maret 2015, dokter yang aku tuju di RSKIA ternyata tidak ada jam praktik. Baiklah.
Kamis, 19 Maret 2015 pukul 07.30 aku mendaftarkan diri lewat telepon dan mendapat nomor urut 23. Jam praktik dokter pukul 18.30. Aku tiba di RSKIA pukul 19. Tapi, dokter datang terlambat. Malam semakin larut tapi tak kunjung jua dipanggil. Suamiku mulai gusar dan deg-degan. Sedikit-sedikit bertanya apakah aku deg-degan. Haha.. justru pertanyaannya itu menjadikan wajahnya tampak deg-degan.
Menunggu dan terus menunggu, kami mulai jenuh. Hingga pukul 21.30, aku baru masuk ruang praktik. Akhirnya!
Hal yang aku nantikan adalah cek USG. Aku ingin memastikan bahwa rahimku ada janin yang dititipkan. Aku sangat gugup saat bersiap di ranjang cek USG. Cairan dingin dioles di perutku. Ditekan sret sret sret. Aku melirik monitor USG.
"Kok tidak ada janinnya?" tanya dokter sambil berusaha menjelajahi sisi-sisi perutku.
Aku mulai tegang.
"Sudah 9 mingguan, harusnya janin mulai terlihat," ungkap dokter.
Aku keluar ruangan dengan pandangan kosong tak percaya. Bagaimana bisa? Aku sudah telat mens sebulan, mual muntah, kondisi badan tak enak, hasil testpack 4x muncul 2 garis, tapi kenapa...? Kalau tidak hamil, apa yang sedang aku alami ini?
"Hamil kok, aku yakin," ungkap suamiku sambil menyentuh pundakku.
Suamiku menyodorkan botol minum padaku. Aku dimintanya minum yang banyak. Sama seperti saran dokter. Aku diminta untuk minum yang banyak sampai aku merasa kebelet kencing. Padahal, saat itu aku sudah kebelet. Ya, aku diminta untuk menahan kencing agar kandung kemihku naik. Masih ada kesempatan janinku bisa terlihat. Jika tidak, aku diminta untuk kembali 1 minggu lagi. Hal yang paling ditakutkan dokter adalah tidak ada perkembangan pada janin.
Perlahan aku minum sambil mencari artikel tentang hal ini. Aku masuk pada forum ibu hamil. Ada yang berpengalaman seperti ini tapi respon yang muncul, kebanyakan menyedihkan. Pandanganku makin kosong. Belum lagi, di sela-sela itu aku harus berdebat dengan suamiku perihal mudik.
Di akhir kepasrahanku, aku mulai berbicara pada rahimku. "Nak, muncullah sejenak. Tampakkanlah dirimu biar Ibu lega bisa melihatmu ada di sini. Yakinkan padaku bahwa kamu benar2 dititipkan Tuhan padaku, Nak. Kumohon. Muncullah. Tampakkan dirimu. Ibu berharap kamu kuat. Yang kuat, ya," ucapku sambil mengelus perutku seolah aku yakin dia bisa mendengarku. Aku mengakhiri perbincangan itu dengan alfatihah.
"Menurut mas, aku hamil?" tanyaku pada suami.
"InsyaAllah hamil," jawabnya penuh keyakinan.
Beberapa menit kemudian,kemudian namaku sekitar pukul 23, namaku dipanggil. Aku masuk ruang praktik dan bersiap berbaring.
"Nah, ini sudah terlihat. Bagus ini. Jantungnya juga sudah berdetak," ucapan dokter membuatku campur aduk rasanya. Aku keluar sambil memegang perut dan berulang-ulang bilang, "Mas, sudah ada detak jantungnya." Suamiku tersenyum turut bahagia.
Sebelum pulang aku mampir kamar mandi karena sedari tadi menahan kencing. Keluar kamar mandi aku senyam-senyum terus. Berbunga-bungaaaa.
Sekarang aku percaya bahwa berkomunikasi dengan janin itu perlu karena memang sangat berpengaruh. Meskipun, usianya baru 7 minggu 2 hari.
"Anak kita sukanya mainan petak umpet. Kenapa tadi harus ngumpet dulu sih ya? Bikin deg-degan, campur aduk rasanya," ucapku.
"Kalau gak gitu gak surprise," jawab suamiku.
Dalam perjalanan pulang aku mulai teringat ucapanku, "Awas, ya, Nak. Kalau besok kamu sudah keluar, mama cubit pipimu." Jangan-jangan, karena itulah dia sembunyi karena takut. Takut kucubit kalau dia menampakkan dirinya.
"Bisa jadi itu, makanya jangan mengancam dia lagi," ucap suamiku.
Tapi, setidaknya tadi aku juga yang minta anakku untuk menampakkan dirinya biar aku tenang. Aku merasa janin kecil dalam rahimku ini penurut sekali padaku. Aku terharu.
"Wah, kalau nyetir harus pelan-pelan ini," kata suamiku.
"Giliran udah jadi saksi kehamilanku jadi gitu, harusnya udah sejak dari kemarin-kemarin kalau nyetir hati-hati," jawabku sambil menggelitiknya.
Jalanan kota kami nikmati dengan santai. Aku berteriak, "Aku hamiiiiiil. Sudah ada detak jantungnya. Siapa yang menghamiliku, ha? Jawab!"
"Saya, dong!" jawab suamiku.
"Tanggung jawab!" pintaku.
"Siaaaap!!!"
Kami pulang ke rumah dengan perasaan senang.

Semoga kami menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah, menjadi suami istri yang soleh solehah, mempunyai keturunan2 yang soleh solehah.
Semoga kami dipantaskan untuk menjadi orang tua bagi anak2 yang kami lahirkan.
Semoga kami diberi kekuatan dan kesehatan.
Mohon doa nggih supaya saya kuat menjalani proses kehamilan ini sampai kelahiran nanti dengan selamat dan barokah.

4 komentar:

  1. Barakallahu mbak, semoga diperlancar sampai si dede lahir ^^

    Bagi tips kehamilan juga ya kapan2 hehehe

    BalasHapus
  2. Aamiin. Siaaaaap!! Terima kasih sudah berkunjung ^^

    BalasHapus
  3. Mbak Ade, apa kabar sekarang dede nya? lama tidak ada postinga. Saya sedang was-was seperti yang Mbak Ade pernah rasakan. hasil testpack positip tp belum berasa mual-muntah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mbak Jatiratna, wah saya telat baru sekarang buka blog. Sekarang bayi saya sudah lahir, sudah mau 9 bulan, hihi.
      Mbak Jatiratna sekarang gimana? Sudah lahiran mungkin nih. Hehehe

      Hapus