Assalamu'alaikum, salam sejahtera bagi kita semua...

SELAMAT DATAAAANG ...
Selamat menikmati blog sederhanaku ..

-Luph U All-

Rabu, 27 Februari 2013

Cinta atau Sayang?



Senin (25/02), Gedung Kuliah 1 Fakultas Bahasa dan Seni di ruang 312 kalau tidak salah. Hari itu salah satu kawanku, Pius, dia mengungkapkan misinya bahwa ia sedang melakukan survei pada beberapa wanita. Kali itu, ia sedang mendekati Eci-Pius bilang Eci adalah wanita jenis agak kelaki-lakian. Aku duduk di depan mereka. Sengaja, aku tak menyimak obrolan mereka. Entah apa yang mereka obrolkan kala kuliah Sosiolinguistik berlangsung saat itu, yang jelas mereka cukup berisik. Sempat, Eci mengusikku dengan pertanyaan “Kalau ditembak cowok, milih katakan cinta atau sayang?”. Aku berpikir lama untuk itu, namun aku putuskan untuk tak menjawabnya.
Hari ini, Rabu (27/02), di gedung yang sama, namun di ruang yang berbeda, yaitu 301. Lagi-lagi, Pius di belakangku. Ia menanyakan kembali pertanyaan yang pernah dilontarkan Eci. Aku rasa aku menjadi salah satu wanita yang disurvei, entah pada tataran wanita jenis apa hingga aku dijadikan sampel si Pius.
Pertanyaan pertama, “Kalau ditembak cowok, milih katakan cinta atau sayang?”. Aku jawab, “Cinta.”
Pertanyaan kedua, “Ketika menyatakan cinta pada perempuan, perlukah menggunakan media seperti boneka, bunga, atau apa pun?”. Aku jawab, “Tidak. Termasuk media SMS, itu tidak. Lebih baik secara langsung, tatap muka.”
Dua pertanyaan itu yang kuingat. Pius mengucapkan terima kasih, itu tanda survei yang dia lakukan sudah selesai.
“Hanya itu?” pikirku.
Entahlah, kenapa dia tak mencoba menanyakan alasanku? Kupikir survei akan lebih pas bila disertai alasan. Toh, pertanyaan cuma ada dua. Tapi, ya, itu terserah dia juga.
Tiba-tiba, dia kembali bertanya, “Zodiakmu apa?”. Aku jawab, “Scorpio.” “Woo, kalajengking,” timpalnya.
Entahlah, aku tak mengerti apa tujuan dari surveinya itu. Yang jelas dia sedang tidak membuat skripsi.
Dari pertanyaan yang dilontarkan Pius, aku mulai menangkap bahwa cinta dan sayang dibedakan. Entah bagaimana perbedaan posisi keduanya. Aku menjawab “Cinta” karena memang kupikir untuk masa pertama kali “menembak”, akan lebih pas kata “cinta”, bukan “sayang”. Kenapa? Ah, sayangnya Pius tidak menanyakan alasanku, aku jadi enggan untuk menjelaskannya.
Satu hal yang kemudian akhirnya membuatku memilih “cinta” adalah….
“Aku tak setuju kalau kau bilang bahwa cinta tak butuh alasan, tapi kalau kaukatakan bahwa cinta tak harus nyata dalam kata, aku sepakat. Juga jika kau katakan bahwa cinta tak harus berbalas. Kuungkapkan semua karena aku percaya bahwa cinta itu sangat rasional. Kita pasti punya alasan mengapa kita mencintai seseorang atau sesuatu. Itulah sebabnya mengapa aku katakan jangan sampai kau dibutakan oleh cinta. Cinta tak hanya memberi, apalagi hanya menerima. Cinta adalah paduan antara keduanya. Memberi dan menerima. Kau paham, bukan? Kita harus punya alasan mengapa kita mencintai seseorang atau sesuatu. Kau mesti tahu bahwa orang yang berkata dia mencintai sesuatu tanpa alasan adalah bodoh.” (Sekumpulan Surat kepada Cinta: 55-56)
Satu hal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), posisi “cinta” memiliki pengertian yang lebih tinggi dibanding “sayang”. Cinta menurut KBBI adalah sayang benar. Lihatlah, ada kebenaran dalam cinta, yaitu sayang. Bukan berarti aku menolak “sayang”. Aku hanya lebih memilih “cinta”. Ya, aku memilih cinta dan dia-yang di Jakarta.
Dua hal selanjutnya, aku berharap Pius berbagi kesimpulan dari hasil surveinya.
Salam cinta!